Data yang dikumpulkan hingga Desember 2017 tersebut memperkirakan terdapat 651.353 ODHA dalam satu tahun dengan 36 persen diantaranya sudah mengetahui status mereka. Sebanyak 180.843 ODHA pernah melakukan terapi ARV dan hanya 15 persen (96.298 orang) yang rutin mengonsumsinya.
Mengapa mereka berhenti menggunakan obat yang dapat meredam virus HIV tersebut?
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurut Endang Budi Hastuti selaku Kasubdit HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Kementerian Kesehatan RI, ada beberapa alasan.
(Baca juga: Kemensos Dirikan 3 Panti ODHA)
"Kebanyakan bosan karena memakainya bertahun-tahun, karena (ada yang harus) setiap hari minum," ujarnya saat ditemui di Bandung, Rabu 26 September 2018.

(Sebuah data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa hanya 15 persen Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia yang taat mengonsumsi obat perawatan Infeksi Antiretroviral (ARV). Foto: Ilustrasi. Dok. Rawpixel/Unsplash.com)
Selain itu, beberapa diantaranya cenderung tak tahan dengan efek samping obat seperti pusing, mual, atau tidur tak nyenyak.
Faktor transportasi ternyata juga berpengaruh. Endang memberi contoh, terdapat ODHA yang mengaku berhenti menggunakan ARV karena lokasi yang cukup jauh dari tempat tinggal dan tak memiliki biaya untuk mengambilnya.
Tergoda mencoba alternatif lain, seperti herbal, dan takut ketahuan orang di sekitar yang berujung dengan mendapat stigma negatif pun menjadi alasan kuat mengapa ODHA memilih berhenti terapi ARV.
"Padahal, dengan mengonsumsi ARV, angka harapan hidup produktif bisa lebih panjang daripada tidak mengonsumsinya, yang umumnya muncul gejala penyakit dalam kurun waktu 5-10 tahun."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)