Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dipimpin Profesor Shigeru Saito dari Jepang. Penelitian klinis menunjukkan hasil yang superior dengan tingkat kegagalan sebesar 1,9 persen vs 5,5 persen atau 65 persen lebih baik antara Bioadaptor dibandingkan DES setelah dua tahun pasca-prosedur.
Bioadaptor berpotensi menjadi standar baru dalam pengobatan pasien Jantung Koroner. Pasalnya hasil studi menunjukkan penurunan 78 persen kejadian klinis pada pasien dengan penyakit di arteri kiri (LAD).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Baca juga: Teknologi CT Scan Terbaru RS Pondok Indah Group untuk Deteksi Gangguan Kesehatan Jantung
Spesialis Jantung dan Pembuluh Koroner, Dr. dr. Vito Anggarino Damay menjelaskan bahwa meskipun keduanya efektif membuka arteri yang tersumbat, masing-masing bekerja dengan cara yang berbeda.
Bioadaptor adalah stent terbaru yang menggabungkan fungsi Stent Bersalut Obat (DES) dengan Stent Polimer Bioresorbable (BRS) menggunakan materi biodegradable untuk mendukung pemulihan fungsi arteri.
Teknologi terbaru Bioadaptor ini telah dikembangkan dan diuji selama lebih dari enam tahun di berbagai negara. Di Indonesia, pemasangan pertama dilakukan pada Juni 2022 di Rumah Sakit Medistra Jakarta oleh Prof. Dr. Teguh Santoso. Hingga saat ini, lebih dari 200 tindakan telah dilakukan.
"Bioadaptor membawa harapan baru bagi penderita jantung koroner. Stent DES memiliki risiko penyempitan arteri berulang (restenosis) dalam jangka panjang, dengan risiko komplikasi akut sebesar 20 persen setelah 5 tahun dan 50 persen setelah 10 tahun. Ini menjadi kekhawatiran bagi pasien muda yang aktif. Bioadaptor mengurangi risiko MACE karena memulihkan fungsi fisiologis pembuluh koroner," kata Teguh dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin 3 Juni 2024.
Bioadaptor adalah teknologi stent koroner pertama yang dirancang untuk membuka kunci perancah (stent), membuka pengekang pada pembuluh koroner, dan memulihkan serta mempertahankan gerakan dan fungsi pembuluh darah secara normal, setelah prosedur Percutaneous Coronary Intervention (PCI), dengan mempertahankan dukungan dinamis dari pembuluh yang sakit setelah pelepasannya dari kekangan.
Dengan mekanisme aksi (MOA) yang unik ini, ini mengatasi kekurangan Stent DES Konvensional dan Stent Bioresorbable Scaffolds (BRS) konvensional, dengan memberikan tingkat kejadian risiko klinis yang rendah.
Country Manager Elixir Medical Indonesia, Ati Saraswati,menambahkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, rumah sakit di Indonesia tidak kalah dalam mengadopsi teknologi terbaru di pengobatan Jantung karena dokter Jantung di Indonesia terus mengikuti perkembangan inovasi teknologi terbaru.
"Besar harapan kami, pasien tidak perlu pergi ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan jantung, karena rumah sakit di tanah air telah menawarkan fasilitas yang canggih, teknologi dan solusi terbaru seperti Bioadaptor, dan yang tidak kalah pentingnya didukung dokter-dokter spesialis jantung dan kardiovaskular terbaik," tegas Ati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(DHI)