Dokter Spesialis Saraf Tuti Suwirno mengatakan kondisi mudah lupa bisa dicegah. Namun, bicara pencegahan, mau tidak mau kita harus kembali ke masa anak-anak. Sebab, kebiasaan mudah lupa tak lepas dari perkembangan otak ketika masih anak-anak.
Menurut dr. Tuti, otak manusia bekerja maksimal dalam dua tahun pertama kira-kira 70 persen. Kemudian grafiknya naik sampai usia 6 tahun hingga mencapai 90 persen, sementara sisanya dibentuk dari lingkungan, proses belajar, dan sosialisasi yang dilalukan anak.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Jadi perkembangan maksimal kita terjadi dalam 6 tahun pertama, dan bicara pencegahan kita tahu dimana harus memulainya," kata dr. Tuti, dalam Metro Plus, Kamis 27 April 2017.
Ketika terlambat menyadari seiring dengan bertambahnya usia, kebiasaan mudah lupa tetap bisa dicegah dengan beberapa hal. Misalnya ketika kita mengetahui mengidap penyakit pembuluh darah yang menyebabkan suplai darah ke otak terhambat dan menimbulkan lupa, kita harus segera kontrol ke tenaga medis untuk mengetahui seberapa parah.
Kemudian, dr. Tuti menyarankan agar kembali peduli pada diri sendiri, beralih ke pola hidup normal, istirahat cukup, makan makanan bernutrisi, dan mengurangi stres.
Selain menjaga gaya hidup, ada pula cara lain yang bisa dilakukan untuk menyehatkan otak. Paling sederhana, ketika masih anak-anak jangan pernah memperlihatkan anak pada hal-hal berbau pornografi hal lain yang tidak bermanfaat.
Tak hanya saat masih anak-anak, lansia pun perlu terus mengasah otak agar tidak mudah lupa. Salah satunya dengan membaca atau mengisi teka-teki silang, di samping menjaga pola makan dan rutin olahraga.
"Kalau otak banyak overload, bikinlah catatan untuk membantu kita supaya tidak mudah stres, dan asahlah otak kita, itu hal yang paling penting," jelas dr. Tuti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(MEL)