Dikutip dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kelainan refraksi adalah kondisi di mana cahaya yang masuk ke dalam mata tidak dapat difokuskan dengan jelas. Hal ini membuat bayangan benda terlihat buram atau tidak tajam.
Menurut Dokter Spesialis Mata RS UI, dr. Anissa Nindyatriayu Witjakono, BMedSc (Hons), Sp.M ada tiga jenis kelainan refraksi yang biasa terjadi pada anak-anak antara lain:
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
-Rabun jauh (miopia)
-Rabun dekat (hiperopia)
-Astigmatism
Kelainan refraski ini bisa terjadi karena dua faktor yaitu:
Genetik
Faktor genetik menjadi salah satu penguat mengapa anak bisa terkena kelainan refraksi. Apalagi kedua orang tua memakai kacamata.“Misalnya satu orang tua memiliki kelainan, itu biasanya anak memiliki kemungkinan satu setengah kali lipat sampai dua kali lipat untuk memiliki kelainan refraksi juga (misalnya miopi). Kalau dua orang tua memiliki hal yang sama, kemungkinannya dua sampai tiga kali lipat,” ujar dr. Annisa dalam Webinar RSUI yang bertajuk Kenali Gejala Kelainan Mata Anak.
Lingkungan atau kebiasaan
Lingkungan atau kebiasaan seorang anak dalam beraktivitas juga memiliki peranan penting dalam kesehatan mata. Anak ang memiliki kelianan ini kemungkinan memiliki kebiasaan buruk seperti:-Sering beraktivitas di rumah
“Orang yang kecenderungan memiliki aktivitas hanya di dalam ruangan bisa menyebabkan progresivitas miopinya lebih cepat,” jelasnya.
-Melakukan aktivitas mata dengan jarak yang dekat
"Ini bisa membaca atau menonton terlalu dekat. Bila jarak aktivitasnya sangat dekat itu biasanya juga memperberat,” ungkap dr. Annisa.
-Pencahayaan yang buruk
"Melakukan aktivitas di tempat yang gelap tentunya juga akan memperburuk keadaan. Kebiasaan baca di redup, lumayan (merusak mat),” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)