(Foto: Shutterstock)
(Foto: Shutterstock)

Bedah Bariatrik, Solusi Obesitas Morbid

Rona kesehatan
Sri Yanti Nainggolan • 09 Juni 2016 17:06
medcom.id, Jakarta: Menurut sebuah survei, lebih kurang 300 juta orang di seluruh dunia menderita obesitas. Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika indeks massa tubuh berkisar antara 25-30. 
 
Berbagai macam cara bisa dilakukan untuk menangani obesitas. Selain olahraga dan diet, bedah bariatrik menjadi solusi efektif. Hal tersebut dijelaskan Dokter spesialis bedah digestif dari  Digestive Clinic Siloam Hospitals Kebon Jeruk,  dr Errawan R Wiradisuria, SpB(K)BD. 
 
Apa itu bedah bariatrik?

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Bedah bariatrik merupakan operasi untuk menurunkan berat badan pada pasien obesitas morbid (obesitas yang menyebabkan penyakit), karena metode seperti diet, olahraga, dan pengobatan sudah tidak efektif lagi diterapkan.
 
Bedah bariatrik termasuk jenis operasi laparoskopi di mana organ lambung diperkecil ukurannya atau dilakukan modifikasi jalur usus agar asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh lebih sedikit.
 
Bedah bariatrik menggunakan staples khusus yang terbuat dari bahan titanium, fungsinya untuk menutup lubang lambung atau usus yang dipotong. Bahan titanium digunakan karena aman dan minim riisiko bocor.
 
Bedah bariatrik telah terbukti efektif untuk penanganan kasus obesitas berat. Tujuan dari operasi ini adalah penurunan berat badan yang berlangsung lama, pebaikan kualitas hidup, dan perbaikan kelainan yang berkaitan dengan obesitas.
 
Kriteria pasien
 
Tak semua pasien obesitas boleh melakukan bedan bariatrik. Ada beberapa persyaratan khusus, yakni:
 
1. BMI lebih dari 30, dan terdapat risiko penyakit akibat obesitas
2. Bersedia menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala
3. Bersedia berhenti merokok
4. Berusia 18-65 tahun
5. Bersedia menghadapi efek samping psikologis sebelum dan sesudah pembedahan.
 
Jenis-jenis bedah bariatrik
 
1. Laparoscopic Adjustable Gastric Banding  (LAGB)
 
Ini adalah bedah laparoskopi dimana lambung bagian atas diikat dengan menggunakan silikon, dan hanya disisakan lubang kecil untuk makanan mengalir ke bagian lambung bawah. Dengan demikian, asupan makan yang masuk pun terbatas karena cepat penuh. 
 
LAGB mampu membuat berat badan (BB) turun 40 persen dalam waktu lebih dari 24 bulan. Metode ini membutuhkan tingkat kepatuhan tinggi dari pasien, observasi dan evaluasi dalam jangka waktu panjang.
 
2. Biliary Pancreatic Diversion Duodenal Switch (BPD-DS)
 
Dilakukan modifikasi saluran usus pada metode ini, di mana usus halus ditukar dengan usus 12 jari. Meski demikian, usus 12 jari masih berfungsi untuk menerima enzim yang berasal dari hati. Metode ini mampu menurunkan berat badan sebesar 75-80 persen dalam waktu 18 bulan. 
 
3. Roux-en-Y Gastric Bypass (RYGB) 
 
Pada metode ini,usus halus dipindah ke bagian lambung yang berukuran kecil, maka dibuatlah saluran tambahan di saluran usus halus. Sementara, bagian lambung sisa, yaitu 7/8 bagian tidak dilakukan modifikasi. Nantinya, makanan akan masuk ke bagian lambung kecil. Metode ini membuat berat badan turun 60-80 persen dalam waktu 12-18 bulan.
 
4. Laparoscopic Sleeve Gastrectomy (LSG) - operasi 3 jam
 
Pada operasi ini dilakukan pemotongan lambung hingga 75 persen di mana bentuk lambung berubah menjadi tabung tanpa adanya modifikasi usus. Metode ini membuat berat badan turun 50-80 persen dalam waktu 12 bulan dengan presentase pengurangan berat badan 10 persen per bulan.
 
Mekanisme kerja pada LSG adalah dengan menghambat persyarafan vagal untuk mengatur pengosongan lambung dan rasa kenyang. Efek positif dari metode ini dapat mengurangi jumlah sel parietal sehingga baik untuk pengidap sakit maag. 
 
Namun, metode LSG menimbulkan efek samping jangka panjang, yaitu Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada sekitar 15 persen pasien yang menjalani prosedur tersebut. Namun, masih bisa diobati dengan obat-obatan. 
 
LSG lebih dipilih sebagai prosedur pembedahan bariatrik karena memiliki keunggulan dibanding ketiga metode lainnya. 
 
Dibandingkan LAGB, jumlah penurunan berat badan dengan metode LSG lebih banyak. Selain itu, metode ini juga lebih efektif dalam perbaikan diabetes karena makanan masuk lebih cepat menuju usus sehingga sel tubuh cepat terangsang, termasuk pankreas penghasil insulin. Dengan demikian, kadar gula pun menurun. 
 
Jika dibandingkan dengan BPD-DS dan RYGB, teknik LSG juga terbilang lebih sederhana karena tidak membutuhkan penyambungan usus, sehingga angka komplikasi lebih rendah, risiko kekurangan nutrisi lebih minimal, penurunan berat badan lebih banyak, serta dapat dikonservasi ke teknik yang lain.
 
Selain efektif menurunkan berat badan, bedah bariatrik juga memberi perbaikan pada beberapa jenis penyakit seperti GERD, stress urinary incontinence (mengompol), ovulasi dan fertilitas, depresi, nyeri sendi, serta menstrual dysfunction.
 
Di sisi lain, bedah bariatrik juga memiliki komplikasi, di antaranya pendarahan, infeksi, komplikasi anastesi, cedera pada jaringan sekitar area operasi, dan kebocoran atau penyumbatan pada jaringan lambung yang dipotong.
 
Diet pasca pembedahan
 
Setelah menjalani operasi, ada beberapa aturan makan yang perlu diperhatikan. 
 
1. Makanan yang diasup harus bertahap, dari makanan encer hingga padat, seperti dijabarkan berikut ini.
 
Tahap pertama: air putih selama 2-3 hari pasca pembedahan.
 
Tahap kedua: konsistensi kental (susu skim, makanan yang dihancurkan) selama 4 minggu pasca-pembedahan.
 
Tahap ketiga: konsistensi semi-padat (sereal, crackers, yoghurt atau sup) setelah minggu keempat.
 
Tahap keempat: makanan padat rendah lemak dimulai secara bertahap selama tiga bulan setelah pembedahan.
 
2. Konsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kalori (bebas gula), gizi seimbang dengan porsi kecil tapi sering, dan dilakukan seumur hidup.
 
3. Makan 60-75 gram protein per hari.
 
4. Hindari konsumsi minuman tertentu (alkohol, bersoda, dengan pemanis) dan makanan berlemak dan mengandung gula. 
 
5. Tidak terburu-buru dalam mengunyah atau menelan makanan.
 
Sebaiknya, lakukan pemeriksaan penunjang  untuk mengetahui kesehatan dari pasien secara berkala. Jenis pemeriksaan yang dianjurkan mencakup pemeriksaan darah rutin, albumin, elektrolit, kalsium ion, profil lemak tubuh, profil zat besi, dan serum B12.
 
Untuk aktivitas fisik pasca pembedahan, lakukan secara bertahap selama 45 menit hingga 1 jam dalam seminggu dengan jenis latihan yang disarankan oleh dokter.
 
Efek samping
 
Ada beberapa masalah penyakit yang berhubungan dengan pembedahan bariatrik, yaitu: 
 
1. Ulkus/refluks 
Untuk menghindarinya, hentikan kebiasaan merokok dan hindari konsumsi obat-obatan NSAIDs.
 
2. Hernia insisional 
Biasanya, penyakit ini muncul karena operasi terbuka.
 
3. Kulit yang longgar
Drastisnya penurunan berat badan membuat kulit menjadi bergelambir. Sebaiknya konsultasikan hal tersebut dengan spesialis bedah plastik.
 
4. Kadar gula rendah
Kadar gula dalam darah yang rendah menyebabkan tubuh lemas. Cek darah secara teratur adalah solusi paling tepat.
 
5. Berat badan meningkat
Bedah bariatrik tidak menutup kemungkinan terjadinya kenaikan badan. Asalkan tidak lebih dari 10 persen, hal tersebut dinilai masih normal.
 
Bedah Bariatrik, Solusi Obesitas MorbidDr Errawan R Wiradisuria, SpB(K)BD, Digestive Clinic Siloam Hospitals Kebon Jeruk
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(DEV)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif