"Di sebagian rumah yang kami temui, ternyata ada kaleng, panci, atau ember kecil yang dipakai untuk merendam bongkahan batu akik. Di sebagian besar rendaman batu akik ini, peneliti kami menemukan jentik nyamuk aedes aegypti yang dapat menularkan virus dengue dan menyebabkan penyakit DBD," kata Kepala Balitbangkes Kemenkes Prof dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), DTM&H, MARS DTCE dalam rilis yang diterima metrotvnews.com, Jumat (3/7/2015).
Ia pun mengimbau para pecinta batu akik untuk tidak merendam batu akik dalam air selama berhari-hari tanpa diganti airnya. "Karena jentik nyamuk ternyata ditemukan hidup di sana. Jangan sampai demam akik kemudian malah menjadi penyebab terjadinya 'demam beneran' akibat DBD," imbau Tjandra.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Selain di rendaman batu akik, Balitbangkes juga menemukan jentik nyamuk di bawah tempat meletakkan gelas pada dispenser. "Air yang turun dari keran dispenser jika didiamkan dan tidak dibuang akan tumbuh jentik nyamuk Aedes Aegepti," tambahnya.
Lebih lanjut, Balitbangkes mengatakan akan mengumpulkan minimal 244.800 jentik nyamuk dari seluruh provinsi Indonesia. Setelah dikumpulkan, beberapa laboratorium akan membiakan jentik untuk menjadi nyamuk dewasa guna penelitian lanjutan pengendalian nyamuk bagi kesehatan.
"Seluruh laboratorium kami sudah memenuhi persyaratan sebagai insektarium pemeliharaan nyamuk. Sebagian nyamuk dan jentik ini akan diuji kepekaannya terhadap lima jenis insektida yang biasa digunakan di Indonesia," jelasnya.
Dengan hasil penelitian tersebut, nantinya akan ditemukan hasil, insektisida mana yang ampuh untuk mengendalikan nyamuk guna menekan angka DBD. Hasil temuan diharapkan selesai pada akhir 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(LOV)