Beberapa gangguan psikosis cenderung dipengaruhi faktor keluarga, yang berarti bahwa gangguan tersebut sebagian mungkin diturunkan. Hal-hal lain juga dapat memengaruhi perkembangan gangguan ini, termasuk stres, penyalahgunaan narkoba, dan perubahan besar dalam kehidupan.
Orang dengan gangguan psikotik tertentu, seperti skizofrenia, mungkin juga memiliki masalah di bagian otak yang mengendalikan pemikiran, persepsi, dan motivasi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dalam skizofrenia, para ahli percaya bahwa reseptor sel saraf yang bekerja dengan bahan kimia otak (disebut glutamat), mungkin tidak bekerja dengan baik di daerah otak tertentu. Kesalahan itu dapat berkontribusi pada masalah dengan pemikiran dan persepsi.
Kondisi ini biasanya pertama kali muncul ketika seseorang berusia akhir 20-an, atau 30-an. Gangguan ini cenderung memengaruhi pria dan wanita.
Untuk mendiagnosis gangguan psikosis, dokter akan mengambil riwayat medis dan psikiatris dan mungkin melakukan pemeriksaan fisik singkat. Orang tersebut biasanya mendapatkan tes darah dan terkadang pemeriksaan di bagian otak seperti scan MRI.
Pemeriksaan dilakukan untuk menyingkirkan penyakit fisik atau penggunaan narkoba seperti kokain. Jika dokter tidak menemukan alasan fisik untuk gejalanya, dokter dapat merujuk orang tersebut ke psikiater atau psikolog.
Para profesional kesehatan mental itu akan menggunakan wawancara dan alat penilaian yang dirancang khusus untuk memutuskan apakah orang tersebut memiliki gangguan psikotik.
Sementara itu, sebagian besar gangguan psikotik diobati dengan kombinasi obat-obatan dan psikoterapi, yang merupakan jenis konseling. Jenis obat utama yang diresepkan dokter untuk mengobati gangguan psikotik adalah antipsikosis.
Meskipun obat-obatan tersebut bukan obat yang biasa ditemukan, obat-obatan tersebut efektif dalam mengelola gejala gangguan psikotik yang paling menyusahkan. Di antaranya, delusi, halusinasi, dan masalah berpikir.
Antipsikosis lama termasuk:
- Klorpromazin (Thorazine)
- Fluphenazine (Prolixin)
- Haloperidol (Haldol)
- Loxapine (Loxitane)
- Perphenazine (Trilafon)
- Thioridazine (Mellaril)
Antipsikosis atipikal yang lebih baru, meliputi:
- Aripiprazole (Abilify)
- Asenapine (Saphris)
- Brexpiprazole (Rexulti)
- Cariprazine (Vraylar)
- Clozapine (Clozaril)
- Iloperidone (Fanapt)
- Lurasidone (Latuda)
- Olanzapine (Zyprexa)
- Paliperidone (Invega)
- Paliperidone palmitate (Invega Sustenna, Invega Trinza)
- Quetiapine (Seroquel)
- Risperidone (Risperdal)
- Ziprasidone (Geodon)
Dokter biasanya meresepkan obat-obatan yang baru, karena memiliki efek samping yang lebih sedikit. Selain itu, juga lebih dapat ditoleransi dibandingkan antipsikosus yang lebih lama.
Beberapa obat tersedia dengan injeksi dan hanya perlu diminum sekali atau dua kali dalam sebulan. Cara ini bisa lebih mudah dikelola dari pada mengingat meminum pil setiap harinya.
Terkait psikoterapi, ada berbagai jenis konseling, termasuk terapi individu, kelompok, dan keluarga. Terapi ini dapat membantu seseorang yang memiliki gangguan psikotik.
Sebagian besar orang dengan gangguan psikosis diperlakukan sebagai pasien rawat jalan, artinya mereka tidak tinggal dalam institusi untuk perawatan intensif. Tetapi terkadang ada orang yang perlu dirawat di rumah sakit, seperti jika mereka memiliki gejala yang parah, berada dalam bahaya melukai diri sendiri atau orang lain, atau tidak dapat merawat diri mereka sendiri karena penyakit mereka.
Setiap orang yang dirawat karena gangguan psikotik dapat merespons terapi secara berbeda. Beberapa akan menunjukkan peningkatan dengan cepat. Bagi yang lainnya, mungkin diperlukan waktu beberapa minggu atau bulan untuk mendapatkan bantuan dari gejala yang timbul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)