Seminar Hari Ginjal Sedunia 2019, Rabu 13 Maret 2019. (Foto: Abas/Medcom.id)
Seminar Hari Ginjal Sedunia 2019, Rabu 13 Maret 2019. (Foto: Abas/Medcom.id)

Peringatan Hari Ginjal Sedunia 2019

Penyakit Ginjal Kronis di Indonesia Kian Meningkat

Rona kesehatan ginjal hari ginjal sedunia
Dhaifurrakhman Abas • 13 Maret 2019 20:09
Memperingati hari ginjal sedunia, Riskesdas menjabarkan bahwa presentasi Penyakit Ginjal Kronis di Indonesia masih tinggi. Untuk itu diperlukan pemeriksaan darah, USG, dan biopsi bagi siapa pun yang mengalaminya.
 
Jakarta:
Penyakit ginjal kronis (PGK) masih menjadi momok di Indonesia. Sebab penyakit yang bisa menyebabkan kematian itu selalu meningkat tiap tahunnya.
 
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, persentase PGK masih tinggi yaitu sebesar 3,8 persen. Ini bahkan meningkat sebesar 1,8 persen jika dibandingkan dengan tahun 2013.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Angkanya bisa lebih besar karena belum ada data yang benar-benar akurat," kata Ketua Umum PB Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB Pernefri), Aida Lydia, dalam seminar World Kidney Day 2019, Rabu 13 Maret 2019.
 
PGK merupakan kondisi yang menyebabkan kelainan dari fungsi dan struktur ginjal. Artinya, bila menderita PGK, seseorang berisiko tidak dapat menyaring kotoran, mengontrol jumlah air dalam tubuh, serta tidak mampu mengatur kadar garam, dan kalsium dalam darah.
 
"Zat-zat sisa metabolisme yang tidak berguna akan tetap tinggal dan mengendap di dalam tubuh sehingga lambat laun dapat membahayakan kondisi pasien," ujarnya.
 
Lydia bilang, PGK disebabkan oleh dua faktor utama. Faktor yang dimaksud adalah penyakit ginjal yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.

Baca juga: Mengenal Perbedaan Gejala dan Ciri Gastroenteritis dengan Keracunan Makanan

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi merupakan penyakit yang disebabkan oleh genetika. Biasanya terjadi karena riwayat keluarga yang memiliki penyakit ginjal, kelahiran prematur dan usia senja.
 
"Sedangkan risiko yang dimodifikasi karena diabetes, hipertensi, Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) dan rokok," ungkap dia.
 
Dalam memerangi penyakit itu biasanya diperlukan pemeriksaan darah, USG, dan biopsi. Hal ini penting karena penyakit ginjal tidak selalu bergejala dan sulit diketahui saat stadium awal.
 
Adapun penyakit ginjal dikategorikan dalam stadium 1-5 sesuai dengan nilai kreatinin. Pada stadium 1-4, pasien biasanya akan diobati dengan terapi guna memperlambat progresivitas penurunan fungsi ginjal.
 
Apabila sudah memasuki stadium 5, pasien membutuhkan terapi pengganti ginjal. Sayangnya, meski sudah berobat, masih banyak pasien yang belum menyadari pentingnya untuk selalu memeriksakan kesehatan ginjalnya.
 
“Banyak pasien yang tidak minum obat secara rutin, termasuk juga tidak disiplin dalam kontrol ke dokter sehingga memicu komplikasi,” kata Aida.
 
Untuk itu, pada Hari ginjal sedunia atau World kidney Day 2019 yang kembali diperingati di seluruh dunia, Lydia menyerukan agar setiap masyarakat meningkatkan kesehatan ginjal. Khususnya menitikberatkan pada kesadaran akan pencegahan penyakit serta meningkatkan akses untuk layanan kesehatan ginjal.
 
"Tentu saja latihan dari berbagai pihak baik pemerintah swasta dan peran serta seluruh masyarakat," tandasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(FIR)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif