Jakarta: Anak rentan terinfeksi virus dan bakteri. Bukan hanya itu, tetapi juga terhadap alergi yang terkadang tidak mudah disadari oleh sang ibu.
Untuk bisa melakukan penanganan yang tepat pada alergi anak, perlu diketahui penyebab utama dari alergi itu sendiri. Penyebab alergi pun dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sesuatu yang terhirup dan makanan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Prof Dr dr Budi Setiabudiawan, SpA (K) memaparkan, alergen atau bahan yang menyebabkan alergi dari sesuatu yang terhirup. Di antaranya tungau di dalam rumah, kecoa, jamur, serpihan kulit binatang, dan serbuk sari tanaman.
Paling sering ialah tungau sebagai penyebab utama alergi yang terhirup. Sedangkan, alergen dari makanan bisa berupa susu sapi, kacang-kacangan, makanan laut, telur, dan gandum.
"Banyak ibu-ibu yang tidak mengenal banyak penyebab alergi sehingga makan kacang tiba-tiba merah kulitnya, kemudian makanan ayam merah lagi, jadi dibilang alergi, anak pun langsung dilarang makan kacang dan ayam," ujar Prof Budi di Rumah Maroko, Menteng, Jakarta Pusat.
Padahal, setelah ditelusuri, anak itu mengonsumsi hati dan ayam di dalam rumah karena adanya tungau. Sang ibu tidak menyadari bahwa anaknya makan sambil menghirup tungau di sekitar area makan.Baca juga: Ternyata Membersihkan Rumah dapat Mengontrol Kecemasan
"Jadi bukan karena makanan. Ini paling sering terjadi, sehingga anak-anak terhambat pertumbuhan dan perkembangannya karena banyak makanan yang dibatasi," imbuhnya.
Lantaran demikian, seorang ibu harus mengetahui bagaimana cara tepat dalam membedakan alergi tungau dan makanan. Pertama, ketahui lokasi ketika gejala alergi itu muncul. Apakah di dalam rumah atau di luar rumah.
Anda pun bisa memastikan pemicu alergi berada di mana. Selanjutnya, perhatikan kulit anak gatal-gatal atau anak merasa batuk atau sesak napas di waktu kapan. Apakah di waktu malam hingga pagi hari atau di siang hari.

Prof Dr dr Budi Setiabudiawan, SpA (K). Foto: Krispen/Medcom.id
"Ternyata malam hingga pagi. Berarti dia pada waktu di rumah gejalanya baru muncul. Karena kalau di rumah ketemu tungau. Kalau tungau di luar rumah mati karena kena sinar matahari," tuturnya.
Ketahui juga faktor penyebab risiko alergi lainnya. Bisa diperhatikan adanya faktor turunan atau riwayat alergi pada keluarga. Sebab, ada risiko tinggi untuk anak Anda terkena alergi.
Apabila orang tua memiliki riwayat alergi, maka sebanyak 40-60 persen kemungkinan anak terkena alergi. Persentase tersebut untuk kedua orang tua yang memiliki jenis alergi berbeda.
"Bisa lebih besar lagi risikonya yaitu 60-80 persen, ketika keduanya punya alergi yang sama. Misalnya kedua orang tua sama-sama asma," kata Prof Budi.
Sedangkan, tingkat risiko anak kena alergi ketika hanya salah satu orang tua yang memiliki alergi, kemungkinannya 20-40 persen. Bahkan, apabila kedua orang tya tidak memiliki alergi sekalipun, 5-15 persen kemungkinan anak memikiki alergi.
"Kedua, akibat melahirkan secara cesar. Kejadian alerginya lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir normalm lahir sesar itu lewat perut sehingga perkembangan bakteri baik tidak terjadi di usus anak," pungkasnya.
Faktor selanjutnya, akibat asap rokok. Baik anak sebagai perokok pasif, asap rokok bisa menjadi penyebab alergi. Maka sebaiknya dihindarikan dari jangkauan anak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)