Dr.dr.Mardjono Tjahjadi, Sp.BS, Ph.D, (Foto: Raka/Medcom.id)
Dr.dr.Mardjono Tjahjadi, Sp.BS, Ph.D, (Foto: Raka/Medcom.id)

Mengenal Penyebab dan Risiko Aneurisma Otak

Rona aneurisma otak
Raka Lestari • 24 September 2019 17:06
Jakarta: Aneurisma berasal dari bahasa Yunani yang artinya pelebaran. Aneurisma umumnya terjadi pada pembuluh arteri (arteribotak, arteri jantung, arteri poplitea, dsb). Menangani aneurisma otak sebelum pecah merupakan langkah strategis dalam menurunkan angka kematian dan kecacatan yang diakkbatkannya.
 
"Angka kejadian aneurisma pecah bersifat kumulatif tahunan, di mana semakin tua usia seseorang maka akan semakin tinggi risikonya," ujar Dr.dr.Mardjono Tjahjadi, Sp.BS, Ph.D, dokter spesialis bedah saraf Rs Pondok Indah - Pondok Indah, dalam acara Diskusi Mengenai Aneurisma, di kawasan Jakarta Selatan, Selasa, 23 September 2019.
 
Menurut dr. Mardjono, beberapa faktor risiko aneurisma otak di antaranya adalah merokok, riwayat penyakit darah tinggi, adanya penyakit aneurisma otak di tempat lain sebelumnya.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Adanya riwayat aneurisma dalam keluarga juga dapat menyebabkan 10-15 persen anggota keluarga lain dapat memiliki aneurisma juga," tutur dr. Mardjono.
 
Adanya penyakit jaringan ikat, seperti sindroma Marfan atau sindroma Ehler - Danlos, riwayat cedera pada dinding pembuluh darah, riwayat minum alkohol berlebihan juga merupakan beberapa faktor risiko terjadinya aneurisma otak.
 
"Wanita juga memiliki faktor risiko yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki, terutama wanita yang berusia di atas 40 tahun," ujar dr.Mardjono.
 
Pada umumnya, aneurisma otak tidak memiliki gejala. Hanya sekitar 7 persen yang memberikan gejala desak ruang di kepala seperti nyeri kepala, gangguan pada gerak bola mata, gangguan kelopak mata, gangguan syaraf otak lainnya.
 
"Dan sekitar 10 persen penderita biasanya mengetahui bahwa dirinya memiliki aneurisma otak secara kebetulan," jelas dr. Mardjono.
 
Namun ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai yang mungkin terjadi karena aneurisma otak. Seperti sakit kepala yang sangat hebat (thunderclap headache) dan timbul secara mendadak, leher terasa kaku dan silau yang berlebihan terhadap cahaya, kelemahan anggota gerak tubuh di satu sisi, penurunan kesadaran sampai koma.
 
Aneurisma sebaiknya segera disumbat sebelum pecah karena risiko kecacatan dan kematian yang tinggi setelah aneurisma tersebut pecah. Selain itu, perawatan aneurisma yang sudah pecah juga akan lebih besar dibandingkan sebelum aneurisma tersebut pecah.
 
Cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi aneurisma adalah dengan operasi atau kateterisasi. Keduanya memiliki indikasi, risiko, dan komplikasinya masing-masing.
 
"Rekomendasi sebaiknya dibicarakan bersama dan ditentukan oleh dokter spesialis bedah saraf otak dan ahli kateterisasi otak," tutup dr. Mardjono.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(FIR)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif