'Seorang dokter spesialis anestesi hrs meregang nyawa karena jaga 4 hari berturut2 di 3 RS utk memberi kesempatan seniornya berlebaran. #RIP' demikian isi cuitan tersebut.
Ternyata, kematian dr. Stefanus Taofik, SpAn, dokter anestesi yang dilaporkan meninggal dunia saat piket Lebaran, bukan disebabkan kelelahan akibat beban kerja (overworked).
Berdasarkan penjelasan melalui surat yang ditujukan kepada Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Dokter Stefanus bertugas jaga seperti biasa dan tidak banyak menangani pasien.
"Pihak RS menjelaskan dr. Stefanus menangani satu pasien di ICU dan satu pasien operasi sedang pada saat bertugas tanggal 24 sampai 25 Juni," kata dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes selaku Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam sebuah pernyataan pada Rabu, 28 Juni 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
.jpg)
"Saat beliau bertugas, pihak RS juga menugaskan dua dokter anestesi purna waktu yang siap jika diperlukan," tambah Kuntjoro.
Atas nama PERSI, Kuntjoro menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya dr. Stefanus Taofik dalam tugas di rumah sakit.
(dr. Stefanus Taofik, SpAn. Foto: Dok. twitter@blogdokter)
(Baca juga: Penanganan Tepat Manajemen Stroke)
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), almarhum adalah peserta Pendidikan Fellowship Konsultan Intensive Care (KIC) di RSUPN Cipto Mangunkusumo semester ke-2 dan dokter jaga di RS Jantung Diagram, Cinere.
Saat meninggal dunia pada Selasa 27 Juni 2017, ia tengah melakukan pekerjaan sebagai dokter anestesi di RS Pondok Indah Bintaro Jaya, bukan dalam tugasnya sebagai peserta didik.
Saat itu, dalam kondisi satu pasien di ICU dan telah pindah ke ruangan serta hanya satu pasien di kamar operasi, almarhum meminta pertukaran hari jaga dengan rekannya sehingga memungkinkan almarhum untuk jaga 2 x 24 jam dan libur setelahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)