Di RSUP Persahabatan Jakarta saja, jumlah penderita kanker paru telah mengalami lonjakan hingga lima kali lipat dalam 15 tahun terakhir, yaitu pada 273 jiwa pada tahun 2000 menjadi 1.355 jiwa pada tahun 2014.
.jpg)
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Tren ini bisa meningkat karena kebiasaan merokok yang merupakan risiko terbesar," ujar ahli paru dr. Sita Laksmi Andarini, Sp.P (K) dari RSUP Persahabatan dalam temu media, Jumat 16 Juni 2017.
Selain itu, kanker paru juga cenderung terlambat disadari dimana umumnya ketahuan ketika sudah mencapai stadium empat sehingga pengobatan bedan sudah tak bisa dilakukan.
(Baca juga: Gejala Kanker Paru-Paru yang Dapat Diderita Non Perokok)
Deteksi dini kanker paru juga sulit dilakukan karena pada dasaranya tidak muncul gejala mencurigakan seperti rasa nyeri yang muncul.
"Nyeri tidak terasa karena tak ada saraf yang menimbulkan rasa tersebut di paru. Nyeri muncul ketika menyerang dinding dada atau lapisan paru," terangnya.
.jpg)
Oleh karena itu, dr. Sita menyarankan agar mereka yang memiliki faktor risiko dan mengalami gangguan respirasi rutin untuk memeriksakan diri setahun sekali.
Selain merokok, beberapa faktor risiko kanker paru adalah pajanan asbes, polusi (seperti polusi dalam rumah karena memasak menggunakan kayu bakar), radon, genetik, dan fibrosis paru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)