Karena itulah, peneliti mengambil sampel dan mengoterogasi penduduk lokal untuk menyelidiki asal muasal virus tersebut. Melalui jurnal EMBO Molecular Medicine, para peneliti pun mengumumkan hasil temuan tersebut.
Desa Meliandou terdiri dari 31 rumah dan terletak di pedalaman hutan Guinea. Lokasi desa di tengah hutan memungkinkan Emile mengidap virus dari beberapa kelelawar yang memang memiliki sarang di sana.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pada April 2014, Dr Fabian Leendertz menemukan sebuah pohon besar yang merupakan sarang kelelawar di desa tersebut, 50 meter dari rumah Emile. Warga pun mengakui anak-anak meemang sering bermain di area tersebut, termasuk Emile yang telah meninggal karena ebola pada Desember 2013.
Para peneliti lalu mengambil sampel kotoran kelelawar berjenis Mops condylurus. Pasalnya, berdasarkan penelitian sebelumnya, dimungkinkan keleawar mampu membawa virus ebola.
Dr Leendertz dari Robert Koch Institute di Jerman mengutarakan, "Keleawar ini bukan lagi tinggal di pepohonan, mereka sudah berpindah ke lokasi dekat dengan permukiman warga. Untuk itulah, risiko penyebarannya bisa menyebar cepat karena keleawar hidup berkoloni. Kami masih membutuhkan penelitian mendalam tentang ini."
Namun, Dr Leendertz tidak menyetujui gagasan untuk membunuh seluruh koloni kelelawar di area tersebut. "Tidak, membunuh mereka bukan solusi. Malah akan membuat penyakit malaria merebak. (BBC)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(PRI)
