Setidaknya tujuh orang telah dinyatakan terjangkit Ebola usai menghadiri pemakaman seorang perawat di Goueke pada 1 Februari lalu. Perawat tersebut diduga kuat meninggal usai terinfeksi Ebola.
"Semua langkah telah diambil untuk meredam epidemi ini sesegera mungkin," kata Kementerian Kesehatan Guinea, dilansir dari laman Guardian pada Selasa, 16 Februari 2021.
Sebelumnya, Kemenkes Guinea telah mendeklarasikan Ebola sebagai epidemi. Ini merupakan epidemi pertama Ebola di negara tersebut setelah terjadinya wabah yang menewaskan lebih dari 11 ribu orang di beberapa negara Afrika pada periode 2013-2016.
Dalam upaya meredam penyebaran Ebola, kampanye "tes dan lacak" diintensifkan di Goueke dan beberapa kota di sekitarnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersiaga penuh dan terus memonitor situasi di Guinea. Menurut WHO, epidemi kali ini kemungkinan besar tidak akan terlalu parah karena pihaknya sudah belajar dari wabah terdahulu.
Baca: WHO Optimistis Vaksin Mampu Redam Epidemi Ebola di Guinea
WHO berusaha keras agar beberapa vaksin Ebola yang dikembangkan sejak 2013 segera dikirim ke Guinea. Kepala Misi WHO di Guinea, Georges Ki-Zerbo, mengatakan bahwa saat ini pasokan vaksin Ebola sudah berada di Liberia dan beberapa negara Afrika barat lainnya.
"Ada kekhawatiran dan tantangan nyata untuk menangani dan memperkuat sistem kesehatan Guinea," kata Ki-Zerbo.
"Tapi ada juga banyak bala bantuan dan kerja sama regional. Saat ini, ada puluhan responden yang sudah dikerahkan di lapangan," lanjut dia.
Wabah Ebola 2013-2016 di Afrika Barat dimulai di Nzerekore, kota yang berada di perbatasan tiga negara. Wabah kala itu menewaskan setidaknya 11.300 orang, dengan mayoritas kasus berada di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.
Memerangi Ebola akan memperberat beban layanan kesehatan yang juga sedang menangani pandemi Covid-19. Guinea, negara dengan total populasi sekitar 12 juta jiwa, sejauh ini mencatat hampir 15 ribu kasus Covid-19 dengan 85 kematian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News