Hal ini perlu diantisiapasi karena kehilangan diri dapat berujung pada ketidakbahagiaan. Kuncinya adalah self-love.
Psikolog dari Yayasan Praktik Psikologi Indonesia, Dessy Ilsanty menjelaskan bahwa manusia seharusnya bisa menerapkan konsep switch tasking dengan baik. Caranya dengan fokus melakukan hal sesuai dengan perannya pada satu waktu.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Manusia itu menjalani multiperan. Kita lahir sebagai anak, kakak atau adik, keponakan, tetangga sampai akhirnya istri dan ibu. Peran ini harus bisa kita jalani dalam waktu satu kehidupan yang sama. Kita sering dengar dengan multitasking. Dibilang kita harus bisa multitasking namun sebenarnya lebih tepat switch tasking. Kita tak mungkin melakukan peran sekaligus bersamaan pada waktu yang sama,” ujar Dessy.
“Misal lagi di dapur sebagai apa. Sebagai ibu rumah tangga yang memasak untuk anak-anaknya. Menjadi ibu. Ya jalankan peran itu. Selesai makan kita punya tugas kabtor. Peran kita sebagai karyawan,” lanjutnya.
Memang ini bukanlah hal yang mudah. Beberapa orang membutuhkan waktu lebih lama dalam pertukaran tersebut.
“Kemampun mengganti peran secara sigap yang dibutuhkan. Seringkali ada yang jedanya lama mengganti peran satu ke peran lainnya. Itu yang menghambat,” terang Dessy.
Untuk menghindari hambatan tersebut, Anda perlu sadar peran apa yang sedang Anda jalankan dan tahu apa yang perlu Anda lakukan pada momen itu.

Psikolog dari Yayasan Praktik Psikologi Indonesia, Dessy Ilsanty. (Foto: Kumara/Medcom.id)
“Karena itu, kita harus sadar peran apa dan berlaku seperti apa. Sebagai ibu jaman sekarang seperti apa. Sebagai istri seperti apa. Sebagai kryawan. Kita harus tahu satu per satu,” jelas Dessy.
"Ini harus datang dari pemikiran dan kemauan sendiri. Semua berinti pada diri sendiri. Mengapa kita harus menjalankan itu semua. Berpatok pada apa? Pada diri sendiri. Kita menjalankan berdasarkan siapa kita,” ungkapnya.
Hal yang penting untuk diingat dalam menjalankan multiperan ini adalah jangan lupa untuk mencintai diri sendiri. Karena banyak orang yang terlalu sibuk menjalankan peran tersebut sampai lupa siapa dirinya yang asli.
“Self-love menjadi penting. Peran multitasking ini membuat peran diri sendiri tenggelam. Saking kita harus bisa berperan berbagai banyak ke orang banyak sampai lupa kita harus punya pribadi yang kuat dan kokoh, ini mulai eranya self-love,” ungkapnya.
Self-love bisa diterapkan dengan beberapa bantuan dari pihak lain. Mereka berperan untuk mengingatkan dan memberikan pelajaran.
“Sosial media, komunitas membantu self-love. Ada orang sebelah mengingat kembali bahwa kita tidak melakukannya sendirian. Komunitas itu ada. Pertemanan itu ada. Kita makhluk sosial. Butuh hidup berdampingan dengan orang lain untuk saling mengingatkan dan belajar,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)