Menurut Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D, bullying mengarah kepada tindakan yang mengganggu orang lain, dilakukan secara sengaja dan sifatnya berupa agresi fisik ataupun psikologis. (Foto: Huffpost)
Menurut Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D, bullying mengarah kepada tindakan yang mengganggu orang lain, dilakukan secara sengaja dan sifatnya berupa agresi fisik ataupun psikologis. (Foto: Huffpost)

Ketahui Cakupan Bullying yang Luas

Rona psikologi anak
Yatin Suleha • 13 Desember 2016 12:14
medcom.id, Jakarta: Anda pasti tahu arti bullying, yaitu seseorang yang mengintimidasi orang lain. Namun, ternyata menurut Dr. Dono Baswardono, Psych, Graph, AISEC, MA, Ph.D, yang merupakan seorang psychoanalyst, graphologist, sexologist, serta marriage & family therapist menerangkan bahwa cakupan bullying ternyata cukup luas.
 
Arti Bullying
Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan bullying? Menurut Dr. Dono, bullying mengarah kepada tindakan yang mengganggu orang lain, dilakukan secara sengaja dan sifatnya berupa agresi fisik ataupun psikologis. 
 
Menurut Dr. Dono, bullying terbagi menjadi tiga:

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


1. Bullying fisik seperti memukul, menampar, mencubit, atau memalak. 
 
2. Bullying verbal seperti memaki, menggosip atau mengejek. 
 
3. Bullying psikologis seperti mengintimidasi, mengabaikan dan tindakan diskriminatif. 
 
(Baca juga: Orangtua Cerdas Terapkan Disiplin Positif)
 
Bullying di Sekolah
Dr. Dono menerangkan bahwa terjadinya bullying di sekolah merupakan proses dinamika kelompok, di mana ada pembagian peran. Peran-peran tersebut adalah: Bully, Asisten Bully, Reinforcer, Victim, Defender dan Outsider. 
 
Bully terang Dr. Dono, yaitu siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin, yang berinisiatif dan aktif terlibat dalam perilaku bullying. Asisten juga terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun ia cenderung tergantung atau mengikuti perintah Bully. 
 
Lain lagi dengan Reinforcer. Dr. Dono menerangkan bahwa Reinforcer adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan, menertawakan korban, memprovokasi Bully, mengajak siswa lain untuk menonton dan sebagainya. 
 
Sedangkan Outsider adalah orang-orang tahu bahwa hal itu terjadi, namun tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak peduli.
 
"Perlu disadari bahwa bullying terjadi dan menjadi tradisi bukan hanya karena adanya Bully, Asisten Bully dan Victim (korban) saja, melainkan karena peran serta pihak-pihak yang pasif seperti misalnya Reinforcer dan juga Outsider," terang dr. Dono.
 
Dr. Dono menjelaskan ketika Bully melakukan kekerasan, ia merasa mendapat dukungan, baik dari asistennya maupun dari para penonton yang bersorak atau ikut tertawa (Reinforcer). Selain itu, karena Bully juga tidak mendapatkan konsekuensi negatif dari pihak guru atau sekolah, maka dari sudut teori belajar, Bully mendapatkan reward atau penguatan atas perilakunya. 
 
Si Bully akan mempersepsikan bahwa perilakunya justru mendapatkan pembenaran bahkan memberinya identitas sosial yang membanggakan. "Banyak kasus pemalakan yang belum ditangani secara serius oleh pihak-pihak yang berwenang. Berbeda halnya dengan di luar negeri, masalah pemalakan mendapat perhatian yang cukup besar untuk ditangani," terang Dr. Dono.
 

 



 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif