FAMILY
Terima Kegagalan Si Kecil dan Bantu Kembangkan Growth Mindset Anak
Yatin Suleha
Rabu 15 Oktober 2025 / 10:11
Jakarta: Dalam perjalanan tumbuh kembang anak, kegagalan sering kali terasa seperti batu sandungan yang besar, membuat mereka sedih atau bahkan menyerah begitu saja.
Namun, bayangkan jika setiap kali jatuh, anak justru belajar bangkit dengan senyuman dan melihatnya sebagai pelajaran berharga daripada akhir segalanya.
Di sinilah kekuatan growth mindset atau pola pikir pertumbuhan memainkan peran penting dan dua kunci utamanya adalah belajar menerima kegagalan serta melatih rasa syukur sehari-hari.
Pendekatan ini tidak hanya membangun ketangguhan emosional anak, tetapi juga mengubah cara mereka memandang dunia, dari rasa takut menjadi semangat untuk terus berkembang.
Dengan bimbingan orang tua yang tepat, kebiasaan sederhana ini bisa menjadi fondasi kuat bagi anak untuk menghadapi tantangan hidup dengan percaya diri dan bahagia.
.jpg)
(Berikan anak motivasi saat ia merasa gagal melakukan hal yang baru. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Dr Dave mengatakan dalam Parents, “Pola pikir pertumbuhan memungkinkan kita melihat sesuatu dan bertanya, ‘Nah, apa yang bisa saya lakukan untuk memperbaikinya jika kali ini saya tidak berhasil? Apa yang bisa saya lakukan untuk mengubah hasilnya kali berikutnya?’”
“Ada kata ‘belum’. ‘Saya belum pandai dalam hal ini dan mengetahui bahwa kita bisa gagal dan mencoba lagi,’” kata dr Dave
“Salah satu hal terpenting yang bisa kita lakukan adalah fokus pada usaha kita daripada hasilnya, dan hal itu dapat membawa hubungan yang lebih nyaman dengan kegagalan,” tambah dr Dave.
Orang tua bisa berbagi cerita kegagalan pribadi, seperti "Dulu Mama juga gagal naik sepeda, tapi setelah latihan, sekarang lancar,” untuk menunjukkan bahwa kegagalan adalah langkah menuju sukses.
Rasa syukur adalah sebuah praktik itu berarti kita akan melakukannya setiap hari. Ini bisa sesederhana mencatat jurnal dan mencatat tiga hal yang luar biasa tentang hari kita.
Contohnya, bisa mengatakan apa yang kita syukuri dan mendengarkan apa yang orang lain syukuri juga. Ini benar-benar membuat kita belajar mencari hal-hal yang kita syukuri.
Aktivitas ini tidak hanya menyenangkan, tapi juga membangun empati di keluarga karena mendengar syukur orang lain mengingatkan kita akan hal-hal kecil yang berharga dalam hidup.
Dengan rutinitas seperti ini, anak-anak belajar menghargai apa yang ada berguna untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kebahagiaan sehari-hari.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Namun, bayangkan jika setiap kali jatuh, anak justru belajar bangkit dengan senyuman dan melihatnya sebagai pelajaran berharga daripada akhir segalanya.
Di sinilah kekuatan growth mindset atau pola pikir pertumbuhan memainkan peran penting dan dua kunci utamanya adalah belajar menerima kegagalan serta melatih rasa syukur sehari-hari.
Baca Juga :
Mengenali Fenomena FOMO pada Anak
Pendekatan ini tidak hanya membangun ketangguhan emosional anak, tetapi juga mengubah cara mereka memandang dunia, dari rasa takut menjadi semangat untuk terus berkembang.
Dengan bimbingan orang tua yang tepat, kebiasaan sederhana ini bisa menjadi fondasi kuat bagi anak untuk menghadapi tantangan hidup dengan percaya diri dan bahagia.
1. Terima kegagalan
.jpg)
(Berikan anak motivasi saat ia merasa gagal melakukan hal yang baru. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Dr Dave mengatakan dalam Parents, “Pola pikir pertumbuhan memungkinkan kita melihat sesuatu dan bertanya, ‘Nah, apa yang bisa saya lakukan untuk memperbaikinya jika kali ini saya tidak berhasil? Apa yang bisa saya lakukan untuk mengubah hasilnya kali berikutnya?’”
“Ada kata ‘belum’. ‘Saya belum pandai dalam hal ini dan mengetahui bahwa kita bisa gagal dan mencoba lagi,’” kata dr Dave
“Salah satu hal terpenting yang bisa kita lakukan adalah fokus pada usaha kita daripada hasilnya, dan hal itu dapat membawa hubungan yang lebih nyaman dengan kegagalan,” tambah dr Dave.
Orang tua bisa berbagi cerita kegagalan pribadi, seperti "Dulu Mama juga gagal naik sepeda, tapi setelah latihan, sekarang lancar,” untuk menunjukkan bahwa kegagalan adalah langkah menuju sukses.
2. Belajarlah untuk bersyukur
Rasa syukur adalah sebuah praktik itu berarti kita akan melakukannya setiap hari. Ini bisa sesederhana mencatat jurnal dan mencatat tiga hal yang luar biasa tentang hari kita.
Contohnya, bisa mengatakan apa yang kita syukuri dan mendengarkan apa yang orang lain syukuri juga. Ini benar-benar membuat kita belajar mencari hal-hal yang kita syukuri.
Aktivitas ini tidak hanya menyenangkan, tapi juga membangun empati di keluarga karena mendengar syukur orang lain mengingatkan kita akan hal-hal kecil yang berharga dalam hidup.
Dengan rutinitas seperti ini, anak-anak belajar menghargai apa yang ada berguna untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kebahagiaan sehari-hari.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)