Pendampingan menjadi sangat diperlukan jika anak terpapar dengan kejadian kekerasan. (Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)
Pendampingan menjadi sangat diperlukan jika anak terpapar dengan kejadian kekerasan. (Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)

Dampak Kekerasan yang Dilihat Anak-anak

Rona gaya psikologi anak perkembangan anak
Yatin Suleha • 17 Oktober 2019 13:08

Jakarta: Kekerasan pada anak-anak bisa jadi tidak terhindarkan. Ada kalanya terjadi secara spontan dan tidak bisa dihindari. Seperti yang sempat terjadi Kamis, 10 Oktober 2019 lalu, di mana adanya upaya penusukan pada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Bapak Wiranto di Pandeglang, Banten.
 
Kejadian tersebut terjadi di sebuah lapangan pada siang hari, di mana banyak berkumpul orang termasuk juga anak-anak sekolah dasar. Lalu apa hal apa yang terjadi pada anak ketika mereka melihat kejadian tersebut?
 
Psikolog anak, remaja, dan keluarga Efnie Indrianie, M.Psi dari Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung mengatakan menurut teori social learning and imitation masa kanak-kanak adalah masa meniru.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Sehingga perilaku apapun yang diperlihatkan kepada anak akan ditiru olehnya.
"Tidak jarang anak akan menjadikan orang-orang yang kerap ia lihat sebagai role model yang patut untuk ditiru," katanya pada Medcom.id.
 
Efnie memaparkan pada awalnya anak akan merasa tidak nyaman melihat perilaku kekerasan yang ada di hadapannya. Namun apabila perilaku tersebut secara berulang diperlihatkan kepada anak, maka akan mengganggu fungsi amigdala otak anak.
 
Dampak Kekerasan yang Dilihat Anak-anak
(Jika anak terpapar kekerasan di hadapannya, pesan psikolog Efnie berikan kasih sayang yang cukup, melatih anak untuk “giving” atau bersedekah, berolahraga ringan serta mandi sinar matahari pagi untuk stimulasi endorfin. Foto: Pexels.com)
 
"Sehingga anak akan menjadi mudah sekali mengekspresikan emosi negatif seperti marah. Ditambah dengan memori kekerasan yang tersimpan di amigdala otak anaknya, makanya emosi negatif anak tersebut disertai dengan respons fisik memukul dan lain-lain yang sifatnya kekerasan seperti yang ia lihat," papar Efnie.
 
Lalu apa yang harus dilakukan orang tua? Efnie memberikan saran untuk orang tua kepada anak tetap tenang dan tidak meniru tindakan kekerasan seperti yang terjadi di depan matanya.
 
"Pendampingan menjadi sangat diperlukan jika anak terpapar dengan contoh seperti ini. Kekerasan akan merusak fungsi amigdala otak anak. Untuk menetralisirnya, orang tua harus melatih fungsi limbik dan prefrontal lobe anak yang berperan sebagai fungsi empati," ucap psikolog yang ramah ini.
 
Ia melanjutkan cara yang paling mudah untuk melatih kedua bagian otak ini adalah dengan memberikan kasih sayang yang cukup, melatih anak untuk “giving” atau bersedekah, berolahraga ringan dan mandi sinar matahari pagi untuk stimulasi endorfin.
 
Tak lupa juga ia menambahkan agar orang tua memberikan banyak makanan buah-buahan (makanan sehat) yang berfungsi untuk memenetralisir stres yang dirasakan oleh anak saat pernah terpapar perilaku kekerasan.
 


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif