Ilustrasi-Pexels
Ilustrasi-Pexels

Cara Menjaga Mood dan Menghindari Konflik saat WFH

Rona Virus Korona hubungan pasangan virus corona covid-19
Kumara Anggita • 20 April 2020 18:00
Jakarta: Program di rumah aja demi memutus rantai penyebaran covid-19 membuat banyak orang yang merasa frustrasi. Sehingga berujung pada suasana hati atau mood yang berantakan hingga akhirnya memicu konflik dengan pasangan.
 
Untuk itu, Reynitta Poerwito, Bach of Psych.,M.Psi.,Psikolog dalam konferensi Roompi di Orami menyebutkan bahwa bila Anda merasakan hal ini, Anda tak perlu khawatir. Sebab hal ini normal terjadi ketika Anda dalam keadaan tertekan akibat covid-19.
 
“Terjadinya konflik saat Quality Time (QT di rumah) merupakan suatu hal yang normal terjadi. Apalagi selama masa pandemi, tingkat stres dan tekanan pasti akan lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan yang normal seperti sebelumnya," ujar Reynitta.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Konflik juga merupakan sebuah situasi di dalam proses adaptasi. Pastinya sekarang setiap orang sedang mengalami masa adaptasi yang berbeda-beda. Ada yang bisa cepat adaptasi, ada juga yang membutuhkan waktu lebih banyak untuk adaptasi.
 
“Perbedaan masa adaptasi tergantung dari seberapa banyak perbedaan yang terjadi selama masa pandemi. Misalnya, bagi keluarga yang suami dan istrinya bekerja paruh waktu dan lebih sering di rumah (work from home) sebelum masa pandemi, mungkin tidak banyak memerlukan waktu adaptasi dibandingkan dengan suami istri yang sama-sama bekerja di luar rumah,” lanjutnya.
 
Untuk menjaga mood Anda dan menghindari konflik tersebut, Rey membagikan tips-tips yang bisa Anda ikuti dari sekarang.

-Mengedepankan logika

Dalam berkomunikasi, Rey meminta Anda dan orang di rumah selalu kedepankan logika (pemikiran berdasarkan fakta) daripada emosi. Emosi akan memperburuk keadaan dan membuat pasangan rentan terhadap konflik.

-Menerima perbedaan

Bersikaplah fleksibel dan rendahkan ekspektasi Anda dalam masa-masa seperti ini. Tidak perlu semua orang menjadi seperti yang Anda mau dan tidak perlu menerapkan standar yang tinggi terhadap orang lain.
 
"Ini karena bila kita berharap orang lain untuk berperilaku sesuai dengan keinginan kita, biasanya kalau kenyataannya berbeda kita akan kecewa. Nah, kekecewaan ini yang akan menjadi trigger konflik,” jelasnya.

-Melatih komunikasi dengan pasangan

Rey mengungkapkan bahwa biasanya konflik akan terjadi ketika Anda tidak mengerti atau tidak bisa menerima pesan dengan baik dari pasangan. Oleh karena itu, persepsi Anda berbeda dengan maksud atau pesan yang disampaikan oleh pasangan kita. Hal ini juga bisa menjadi pemicu konflik.

-Melakukan kegiatan bersama

“Dengan melakukan kegiatan bersama, seperti membaca buku bareng, main game bareng, nonton tv atau series bareng, ibadah bareng dan lain sebagainya ikatan antar pasangan akan menjadi lebih erat sehingga bisa meminimalisir konflik,” ungkapnya.

-Saling terbuka

Ketika sudah mengikat janji suci, tentunya pasangan bakal saling jujur dan terbuka. Dan apabila ada hal yang tidak disukai, langsung dibicarakan secara baik-baik.
 
“Menanamkan prasangka baik terhadap pasangan membuat kita bisa menjadi labih objektif dalam menilai sikap dan situasi yang sedang berlangsung,” jelasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(FIR)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif