Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

STASIUN GAMBIR: Tampilan salah satu interior Stasiun Gambir, Jakarta/MI/PANCA SYURKANI
STASIUN GAMBIR: Tampilan salah satu interior Stasiun Gambir, Jakarta/MI/PANCA SYURKANI

Mampir ke Masa Lalu Gambir

Sobih AW Adnan • 22 Juni 2017 14:52
medcom.id, Jakarta: Menyediakan 42 rangkaian kereta, dengan daya angkut paling tidak 15.000 orang per hari. Stasiun Gambir, Jakarta Pusat menjadi kekuatan utama dalam arus mudik dan balik Lebaran 2017 dari jalur perkereta-apian.
 
Stasiun ini menghubungkan DKI Jakarta dengan kota-kota penting di Pulau Jawa. Bedanya dari yang lain, bangunan stasiun besar tersebut seakan tak lagi menyisakan cerita masa lalu.
 
Gambir yang kini megah dan hijau, seolah tak meninggalkan tanda bahwa ia telah beroperasi sejak 133 tahun silam. Wajah bangunan yang kian modern, tak menyajikan banyak informasi tentang Jakarta di masa Hindia Belanda.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Sejak 1990-an, Stasiun Gambir berparas berulang kali. Bangunan-bangunan lama, dianggap tak perlu dipertahankan lagi.
 
Rute-rute lampau
 
Stasiun kereta api di Indonesia rata-rata dibangun antara 1880-1940. Pemerintah Kolonial Belanda, memoles penuh keberadaan mereka dengan gaya arsitektur Eropa.
 
Itu makanya, ratusan tahun kemudian, sebanyak 560 stasiun kereta api dicatat sebagai benda cagar budaya. Peninggalan sarat sejarah yang wajib dijaga negara.
 
Pada mulanya, begitu pun Stasiun Gambir di Jakarta. Tapi, perombakan demi perombakan membuat stasiun yang dulu bernama Weltevreden ini kehilangan wajah aslinya.
 
Lagipula, peraturan cagar budaya baru serius pada 1992. Itu pun, UU No.5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya itu baru dikatakan cukup tegas ketika diperbaharui dengan UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang terbit kurang dari 10 tahun kemarin.
 
Stasiun Gambir, awalnya cuma sebagai halte. Kedekatan lokasinya dengan Koningsplein (sekarang Monas) membuatnya dinamai dengan sebutan yang sama. Halte Koningsplein terletak beberapa ratus meter sebelah selatan dari keberadaan Stasiun Gambir hari ini.
 
"Pada September 1871 mulai dioperasikan kereta api dengan rute Stasiun Pasar Ikan sampai Stasiun Koningsplein sejauh 9.270 meter. Pada 16 Juni 1872, jalur yang sekarang disebut Gambir-Jatinegara selesai dibangun," Tim Telaga Bakti Nusantara, dalam Sejarah Perkeretaapian Indonesia (1997).
 
Baca: Berandai-andai Mudik di Era Hindia Belanda

 
Pada 4 Oktober 1884, Halte Koningsplein berganti nama menjadi Stasiun Weltevreden. Weltevreden masa itu, lazim digunakan untuk menyebut wilayah Jakarta Pusat masa kini.
 
Hingga 1906, Stasiun Weltevreden mulai menyediakan angkutan kereta api tujuan Bandung, Jawa Barat dan Surabaya, Jawa Timur. Dan menurut The Isles of the East, The Royal Packet Steam Navigation Co. (1912), enam tahun kemudian, jalur dalam kota pun diperluas dengan mengoperasikan perusahaan BUMN Staatsspoorwegen (SS), dan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yang merupakan perusahaan swasta.
 
Trayek dibagi menjadi dua: Tandjong Priok-Kemajoran dan Tandjong Priok-Weltevreden.
 
Mampir ke Masa Lalu Gambir

 
Jadwal kereta Stasiun Weltevreden/The Isles of the East (1912)
 
Kereta api paling pagi berangkat dari Tandjong Priok pada pukul 06.14 dan sampai Stasiun Batavia (Stasiun Kota) pada pukul 09.06. Setelah itu, barulah diteruskan ke Weltevreden dan sebaliknya.
 
Baca: Buruh Batavia Menuntut THR
 
Pada 1928, Stasiun Weltevreden diperbesar. Perubahan dilakukan dengan merombak bagian muka dengan gaya art-deco ditambah pemanjangan atap hingga 55 meter.
 
Pada 1990-an, pembangunan kian gencar. Puncaknya, pendirian sistem rel layang yang menghubungkan Stasiun Manggarai dan Jakarta Kota.
 
Gambir, terus bermetamorfosa dengan wajah yang menyesuaikan zaman.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(SBH)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif