"Minat mereka datang ke sini, ya ingin belajar agar bisa membaca Alquran dan melafalkannya secara benar. Saat Ramadan yang datang lumayan banyak ketimbang bulan-bulan lain," kata Taufik Windu Asmoro, 33, salah satu pengajar Alquran huruf Braille saat ditemui di yayasan, Minggu (29/6/2014). Taufik lantas mempraktikkan membaca sejumlah ayat di kitab yang dicetak secara khusus itu.
Sepuluh tahun lalu Taufik tidak pernah membayangkan bisa membaca Alquran. Ia pasrah karena hanya bisa mendengarkan orang-orang normal bertadarus. Saat itu harga Alquran menggunakan huruf Braille cukup mahal: satu juz Alquran lebih dari Rp 50 ribu. Padahal Alquran ada 30 juz.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Semangat Taufik membara ketika ada sebuah yayasan dari Bandung memberikan sumbangan Alquran berhuruf Braille. "Banyak siswa tuna netra ingin belajar membaca Alquran. Mereka rata-rata belajar membaca ketika usia sudah belasan tahun, bahkan ada yang di atas 20 tahun baru belajar membaca," tutur pria yang mengalami lemah penglihatan (low vision) sejak bayi itu.
Yayasan Al Ikhwan berdiri sejak 1983, menempati sebuah rumah bertingkat di tengah kampung dan diapit sejumlah pesantren. Setiap hari yayasan selalu kedatangan sejumlah siswa yang ingin belajar huruf hijaiyyah dalam huruf Braille serta aturan membaca atau tajwid. Taufik menjelaskan, syarat belajar membaca Alquran huruf Braille adalah menguasai pembacaan huruf latin Braille terlebih dulu.
Pendidikan diberikan di minggu pertama hingga minggu ketiga setiap bulan. Minggu keempat untuk pengajian orang tua. Taufik menjelaskan, selepas Maghrib sering digelar semaan atau mendengarkan pembacaan Alquran oleh hafidz atau penghafal Alquran. Pendengar mencocokkannya dengan Alquran huruf Braille. Sebagian besar peserta taman pendidikan Alquran ini adalah siswa Sekolah Luar Biasa Yayasan Kesejahteraan Anak-anak Buta Surakarta.
Bukan hal mudah mengenalkan Alquran Braille. Awalnya, bacaan kitab suci berhuruf khusus ini diterakan di atas plastik agar awet. Namun, jika tangan siswa berkeringat mereka akan kesulitan membaca. Untuk mengatasi hal itu disiapkan bedak tangan agar tetap bisa membaca huruf di atas plastik. Kini banyak siswa tuna netra muslim pintar membaca Alquran huruf Braille.
Taufik Windo menjelaskan, Yayasan Al Ikhwan memiliki banyak keterbatasan. Karena itu, untuk membiayai seluruh kegiatannya Yayasan memberdayakan diri. Caranya, yayasan membuka usaha toko kelontong, air mineral dan juga membuka jasa pijat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (DOR)
