Salah satu mentor dari komunitas Fun Garden of Literasi, Palupi, mengatakan sistem pendidikan agama yang diterapkan di acara ini tidak melulu memberikan materi. Namun, didominasi permainan yang memuat ilmu pendidikan agama.
"Membuat mereka tidak dijejelin (pelajaran), tapi mengeksplore bakat diri masing-masing individu, bagaimana nantinya mereka mengeluarkan ide-ide, mengeluarkan pendapat, kreatif itu menjadi paket komplet agar Ramadan lebih ceria," ujar Palupi kepada Medcom.id di Masjid Nursia Daud Paloh, Kedoya, Jakarta Barat, Minggu, 26 Mei 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sistem pendidikan kreatif yang dimaksud adalah dengan membuat lima grup dari peserta yang hadir. Setiap kelompok harus dapat menyelesaikan tantangan yang diberikan dalam beberapa post Ramadan.
"(Post) sambung ayat, mereka mencoba menghafal Alquran dengan per kelompok, lalu ada puzzle bacaan salat, jadi mereview lagi bacaan salat dengan menyusun puzzle," tuturnya.
(Baca juga:Pertama Kali Pesantren Kilat Media Group Dibuka untuk Semua Kalangan)
Selain itu, ada juga sistem pendidikan yang mendorong peserta memiliki karakter bekerja sama antarsatu tim kelompok. Yakni bermain keseimbangan botol agar tetap berada di tempatnya dengan berjalan dari satu titik ke titik berikutnya.
"Kalau mereka kurang kompak, kurang sabar itu jatuh susah untuk dilakukan," imbuh dia.
Terakhir, peserta yang diikuti oleh siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) hingga Menengah Pertama (SMP) ini diajak mengkreasikan warna dalam lafadz Allah. Ini dilakukan lewat seni mozaik.
Palupi berharap setiap permainan yang dilakukan oleh peserta dalam pesantren kilat ini dapat merangsang kreativitas dan bakat yang dimiliki.
"Yang kami berikan hanya permainan sederhana, tapi bagi anak-anak dapat merangsang hal kreatif yang bisa dikeluarkan dari dirinya masing-masing, kita mencoba memberikan stimulus-stimulus terbaik yang bisa memunculkan potensi-potensi mereka," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (REN)