Idul Fitri selalu menjadi hari pengampunan, persatuan dan kesatuan, momentum memberi dan berbagi. Setiap Idul Fitri, jika mereka mampu, wajib memberikan sumbangan makanan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi yang kelaparan selama libur Lebaran.
Selama 20 tahun terakhir, tingkat kekurangan gizi di dunia perlahan-lahan menurun. Namun berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB, ada beberapa negara mayoritas muslim yang memiliki tingkat kekurangan gizi tertinggi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Negara-negara tersebut seperti di Pulau Comoros di Afrika 65 persen, Sudan 38,9 persen, Palestina 31,8 persen, Tajikistan 30,2 persen, Chad 29, 4 persen, Yaman 28,8 persen, Irak 26,2 persen, Burkina Faso, Afrika 25 persen, Djibouti 20,5 persen, Senegal 21,6 persen, Pakistan 17,2, Bangladesh 16,3 persen, Gambia 16 persen, Guinea 15.2 persen dan Nigeria 13,9 persen dalam kurun waktu 2011-2013.
Perang dan konflik angkatan darat juga menjadi penyebab level gizi buruk meningkat. Beberapa negara-negara mayoritas muslim yang memiliki peningkatan gizi buruk dan kelaparan selama 20 tahun terakhir adalah Palestina, Sudan, dan pengungsi Suriah yang melarikan diri dari perang saudara di negara mereka.
Sepuluh tahun lalu, tingkat kelaparan di Palestina hanya sekitar 16 persen, namun data 2011-2013 ditambah serangan Israel yang bertubi-tubi sejak 2007 menyebabkan tingkat kelaparan warga palestina meningkat hingga 31,8 persen.
Konflik di Darfur, wilayah Sudan barat ditambah melonjaknya jumlah pengungsi akibat perang sipil di Sudan Selatan juga turut menyumbang lonjakkan warga sipil yang membutuhkan bantuan. Menurut data PBB, sebanyak 6,9 juta jiwa memerlukan bantuan makanan.
Perang sipil di Suriah juga telah menyebabkan hampir 3 juta jiwa meninggalkan tanah airnya sejak 2011. Lebih dari satu juta diantaranya memilih meninggalkan Suriah dan tinggal di Libanon dan sedikit diantaranya mencoba bertahan hidup di Suriah.
Studi yang dilakukan UNICEF menemukan 2000 di antara pengungsi Suriah di Libanon adalah anak-anak dengan risiko malnutrisi akut. Sedangkan studi yang dilakukan di kamp pengungsian Suriah terbesar di Yordania menemukan lebih dari 40 persen dari anak-anak dan wanita terserang anemia.
Ironis, saat beberapa negara mengalami kelaparan dan malnutrisi akut, di beberapa negara lain, makanan justru terbuang selama ramadan. Negara-negara Teluk dan Malaysia adalah pemberi amal terbanyak selama bulan Ramadan yang juga negara terbanyak yang membuang makanan. Sepertiga makanan dunia atau lebih dari 3,56 juta ton makanan terbuang setiap harinya.
3.000 ton makanan di Kuala lumpur, 1.850 ton makanan di Dubai dan 1.667 ton makanan di Makkah terbuang begitu saja setiap harinya selama bulan suci Ramadan. (Aljazeera)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (AHL)
