"Masjid ini dulunya dijuluki masjid dua menara. Tetapi kemudian berganti menjadi Al Khamis karena ada pasar setiap hari kamis. Dalam bahasa arab sendiri Al Khamis berarti hari kamis," ujar seorang arkeolog, Salman Al Mahari, dalam program Ramadan Metro TV, Kamis 25 Mei 2017.
Menurut Salman, fase awal pembangunan dimulai pada abad 11, menara pertama berdiri pada abad 12 dan menara kedua dibangun pada abad 14. Kedua menara ini dulunya sebagai patokan bagi kapal untuk bersandar sekaligus menjadi pengingat waktu salat.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Tak hanya sebagai sarana ibadah, masjid Al Khamis juga menarik bagi penelitian arkeologi Islam yang belakangan ini kian berkembang.
Sejak abad 11 nisan-nisan karakter yang dijumpai di lingkungan masjid terlihat identik dengan yang ada di Shiraz, Iran. Fakta ini membuktikan ada akulturasi budaya antara keduanya.
Menurut kurator senior British Museum St John Simpson, bangkit kembalinya ilmu purbakala Islam bisa dibilang terlambat. Hal ini bagian dari pencarian identitas budaya, nasional, dan menemukan apa yang menjadi ciri khas. Selain juga menjembatani budaya dengan negara tetangga.
"Kebangkitan arkeologi Islam adalah fenomena besar. Peninggalan arkeologi berabad lalu menjadi petunjuk penting bahwa peradaban Islam di masa lampau kian menarik karena elemen seni dan itu menyimpan banyak cerita," ungkap John.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya memahami peninggalan Islam di masa lampau, kini kian banyak peneliti dan desa sejarah yang melestarikan peninggalan yang ada. Hal ini juga menjadi angin segar bagi sajarah Islam untuk membuka mata dunia akan keindahan agama Islam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (MEL)
