"War takjil menjadi salah satu bentuk keberhasilan literasi digital dan telah merambah masyarakat untuk bisa lebih santai menanggapi isu di sosial media. Masyarakat telah mengerti mana konten yang dapat dinikmati sebagai ilmu dan mana yang harus dinikmati secara santai," kata Ibob melalui keterangan tertulis yang diterima, Minggu, 24 Maret 2024.
Pernyataan Ibob itu dikemukakan saat menjadi pembicara dalam Obral Obrol Literasi Digital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Tema yang diangkat adalah Budaya Ramadan: War Takjil di Sosial Media.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ibob melanjutkan war takjil sebagai sesuatu yang diperlukan saat ini di seluruh dunia. Jika ada istilah make peace not war, maka war takjil menjadi fenomena yang menguntungkan berbagai pihak baik pedagang maupun pembeli.
"War takjil menjadi sebuah cara komunikasi penuh kedamaian sebagai ciri budaya dari Indonesia," kata dia.
Baca:Kesepian hingga FOMO jadi Pemicu Remaja Terkena Gangguan Kesehatan Mental akibat Media Sosial |
Menurut dia, dalam membuat konten di media sosial, terdapat dua hal yang sering menjadi landasan, yakni konten yang menyenangkan dan menginspirasi, terutama konten yang memiliki relasi pada audience.
"Jadi bermain sebagai konten kreator harus perhatian dua hal, yakni fun dan inspiring agar objeknya jelas," kata Ibob.
Cair dalam beragama
Aktivis dari GP Ansor Mabrur L Banuna mengatakan perubahan perilaku konsumsi dan tradisi keagamaan masyarakat selama Ramadan sangat terpengaruh oleh perkembangan dunia digital. Bahkan, kehidupan beragama juga tak lepas dari pengaruh dunia digital."Karena itu, seringkali terjadi perdebatan yang tidak didasari ilmu," kata dia.
Ketika media sosial melakukan perang di media sosial, sering membawa nama agama. Namun, kata Mabrur, dengan adanya war takjil, suasana jadi lebih mencair dan no heart feeling.
"War takjil justru berbicara persoalan inti dalam beragama. Karena berbicara soal rangkaian ibadah puasa. Dan ternyata umat beragama di Indonesia bisa cair kalau gak bawa-bawa agama ke politik," ujar Mabrur.
Perkuat komunitas
Digital Kreator dan Psikolog Rahmi Kamila mengatakan banyak peluang baru dalam media sosial untuk memperkuat hubungan antarkomunitas. Media sosial tak hanya menciptakan peluang untuk belajar hal baru, tapi juga menjadi peluang untuk meningkatkan mengembangkan bisnis."Karena itu, media sosial merupakan salah satu sarana untuk menciptakan kebaikan," kata dia.
Manusia memiliki eskalasi atau selalu memiliki keinginan lebih. Contohnya jika membagikan sesuatu yang baik dan mendapatkan tanggapan positif, maka ingin melakukan lagi hal tersebut.
"Apalagi di momen Ramadan hukum untuk tarik-menarik kebaikan itu besar banget," kata Rahmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (UWA)