FITNESS & HEALTH
Kesepian hingga FOMO jadi Pemicu Remaja Terkena Gangguan Kesehatan Mental akibat Media Sosial
A. Firdaus
Jumat 22 Maret 2024 / 21:37
Tanah Bumbu: Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2023, pengguna internet di Indonesia mencapai 215,62 juta atau setara 78,19 persen dari total populasi Indonesia. Pada saat yang bersamaan, pertumbuhan pengguna yang masif ini membuka ruang yang lebih luas terhadap potensi meningkatnya penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), maupun internet.
Pengukuran status literasi digital Indonesia 2023 terhadap 38 provinsi melaporkan bahwa indeks literasi digital Indonesia pada awal tahun lalu ada di level 3,54 dari skala 1-5, sedikit meningkat dibanding 2020 lalu yang ada di level 3,46.
Tingginya angka penggunaan sosial media dan internet dapat semakin mempercepat penyebaran informasi dan konten negatif. Yang pada akhirnya dapat merusak ekosistem digital apabila tidak dilakukan upaya pencegahan dengan menjadi netizen yang bijak dalam bersosial media.
Dr. Rismi Juliadi yang merupakan Dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN), sekaligus Anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital, mengatakan masalah kesehatan mental akibat penggunaan media sosial yang berlebihan merupakan tantangan yang muncul di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Baca juga: 4 Etika Bermedia Sosial Menurut Pakar
Salah satu yang dapat terkena dampak negatif dari penggunaan media sosial adalah remaja. Mengacu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014, yang dikategorikan sebagai remaja adalah yang berusia 10-18 tahun.
Dr. Rismi menilai, remaja memandang media sosial sebagai bagian dari hak mereka untuk mendapatkan informasi, pendidikan, dan partisipasi. Selain itu, mereka juga dapat belajar hal baru dan mengembangkan bakat. Mereka juga dapat merasa sebagai warga dunia yang terinformasi dan turut memberikan kontribusi bagi komunitas. Lewat media sosial, mereka juga bisa memupuk persahabatan, membangun rasa kebersamaan, serta saling memiliki.

Kegiatan Nobar Literasi Digital Kalimantan Pendidikan 18 Mar 24. Dok. Literasi Digital
Namun, di lain sisi, media sosial memiliki dampak yang cukup serius bagi kesehatan mental remaja. Seperti tidak percaya diri, perbandingan sosial, gangguan tidur, cyberbullying dan pelecehan seksual, serta kecanduan media sosial.
Faktor pemicu remaja terkena gangguan kesehatan mental akibat penggunaan media sosial, antara lain, intensitas penggunaan yang berlebihan, karena kesepian, kurang dukungan sosial, perilaku negatif di dunia maya, serta khawatir ketinggalan tren atau fear of missing out (FOMO).
Menurut Dr. Rismi, dampak psikologis terhadap remaja yang menggunakan media sosial secara berlebihan dapat mengalami kecanduan, depresi, kecemasan, isolasi diri, bahkan dapat berujung bunuh diri.
Di Indonesia pada 2022, terdapat 15,5 juta remaja mengalami masalah kesehatan mental dan 2,45 juta remaja mengalami gangguan kesehatan mental. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat, 1 dari 10 remaja mengalami masalah kesehatan mental.
"Remaja perlu memahami budaya digital yang baik agar mampu menciptakan kesehatan mental dalam menggunakan media sosial," tutur Dr. Rismi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Pengukuran status literasi digital Indonesia 2023 terhadap 38 provinsi melaporkan bahwa indeks literasi digital Indonesia pada awal tahun lalu ada di level 3,54 dari skala 1-5, sedikit meningkat dibanding 2020 lalu yang ada di level 3,46.
Tingginya angka penggunaan sosial media dan internet dapat semakin mempercepat penyebaran informasi dan konten negatif. Yang pada akhirnya dapat merusak ekosistem digital apabila tidak dilakukan upaya pencegahan dengan menjadi netizen yang bijak dalam bersosial media.
Dr. Rismi Juliadi yang merupakan Dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN), sekaligus Anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital, mengatakan masalah kesehatan mental akibat penggunaan media sosial yang berlebihan merupakan tantangan yang muncul di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Baca juga: 4 Etika Bermedia Sosial Menurut Pakar
Salah satu yang dapat terkena dampak negatif dari penggunaan media sosial adalah remaja. Mengacu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014, yang dikategorikan sebagai remaja adalah yang berusia 10-18 tahun.
Dr. Rismi menilai, remaja memandang media sosial sebagai bagian dari hak mereka untuk mendapatkan informasi, pendidikan, dan partisipasi. Selain itu, mereka juga dapat belajar hal baru dan mengembangkan bakat. Mereka juga dapat merasa sebagai warga dunia yang terinformasi dan turut memberikan kontribusi bagi komunitas. Lewat media sosial, mereka juga bisa memupuk persahabatan, membangun rasa kebersamaan, serta saling memiliki.

Kegiatan Nobar Literasi Digital Kalimantan Pendidikan 18 Mar 24. Dok. Literasi Digital
Namun, di lain sisi, media sosial memiliki dampak yang cukup serius bagi kesehatan mental remaja. Seperti tidak percaya diri, perbandingan sosial, gangguan tidur, cyberbullying dan pelecehan seksual, serta kecanduan media sosial.
Faktor pemicu remaja terkena gangguan kesehatan mental akibat penggunaan media sosial, antara lain, intensitas penggunaan yang berlebihan, karena kesepian, kurang dukungan sosial, perilaku negatif di dunia maya, serta khawatir ketinggalan tren atau fear of missing out (FOMO).
Menurut Dr. Rismi, dampak psikologis terhadap remaja yang menggunakan media sosial secara berlebihan dapat mengalami kecanduan, depresi, kecemasan, isolasi diri, bahkan dapat berujung bunuh diri.
Di Indonesia pada 2022, terdapat 15,5 juta remaja mengalami masalah kesehatan mental dan 2,45 juta remaja mengalami gangguan kesehatan mental. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat, 1 dari 10 remaja mengalami masalah kesehatan mental.
"Remaja perlu memahami budaya digital yang baik agar mampu menciptakan kesehatan mental dalam menggunakan media sosial," tutur Dr. Rismi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)