Rumah pengasingan Soekarno di Ende, Flores. Foto: MI/Ramdani
Rumah pengasingan Soekarno di Ende, Flores. Foto: MI/Ramdani

5 Rumah Sejarah Saksi Bisu Kemerdekaan

Rizkie Fauzian • 16 Agustus 2020 09:41
Jakarta: Banyak bangunan menjadi saksi perjuangan pahlawan merebut kemerdekaan Indonesia. Beberapa di antaranya masih terawat dengan baik dan menjadi objek wisata yang kerap dikunjungi.
 
Tersebar di seluruh wilayah Indonesia, berikut ini lima rumah yang menjadi saksi bisu dari perjuangan panjang para pahlawan merebut kemerdekaan.

1. Rumah Pengasingan di Ende, Flores

5 Rumah Sejarah Saksi Bisu Kemerdekaan
Foto: MI/Ramdani
 
Rumah sederhana ini menjadi salah satu saksi sejarah perjuangan kemerdekaan. Rumah milik Abdullah Ambuwawu tersebut merupakan tempat bagi Soekarno saat diasingkan oleh Hindia Belanda pada 1934 hingga 1938.

Di bawah pohon sukun bercabang lima di sebuah taman, Bung Karno kerap merenung sambil memikirkan tentang cikal bakal Pancasila. Soekarno kerap mampir ke Perpustakaan Keuskupan Nusa Indah dan bertukar pikiran dengan warga, ulama, rohaniawan, seniman hingga seniman.
5 Rumah Sejarah Saksi Bisu Kemerdekaan
Foto: MI/Ramdani
 
Hasil dari itu semua adalah Pancasila yang Soekarno paparkan dalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945. Kemudian pada 1955, Presiden Soekarno melakukan napak tilas ke Ende dan meminta Abdullah Ambuwawu menjadikan rumahnya sebagai museum.
 
Pada 2012 rumah itu dipugar total. Mulai dari dinding, lantai sampai atap, tetapi tidak mengubah bangunan lama. Kini bangunan tersebut menjadi situs bersejarah yang diresmikan pada 1 Juni 2013 yang bertepatan dengan peringatan hari kelahiran Pancasila.


2. Rumah di Bukit Menumbing, Muntok, Pulau Bangka

5 Rumah Sejarah Saksi Bisu Kemerdekaan
Foto: MI
 
Seusai meletusnya agresi militer II Belanda pada 18 Desember 1948, Presiden Soekarno diasingkan ke Berastagi kemudian Parapat. Dua bulan dipindahkan ke Muntok di Pulau Bangka.
 
Rumah yang dibangun pada 1928-1933 ini bentuknya menyerupai benteng dengan dinding yang dihias batu alam. Sampai awal reformasi, gedung pesanggrahan menjadi penginapan yang dikelola swasta.
 
Kini bangunan tersebut dijadikan cagar budaya dan obyek wisata sejarah oleh pemerintah setempat. Untuk mempertahankan keasliannya, isi ruangan tidak dipindahkan.
 
 

3. Rumah di Citarum, Karawang

5 Rumah Sejarah Saksi Bisu Kemerdekaan
Foto: MI
 
Peristiwa Rengasdengklok tak bisa dipisahkan dari Proklamasi Kemerdekaan negeri ini. Di sebuah rumah seorang Tionghoa di bantaran Citarum, sekelompok pemuda mendesak Soekarno dan Hatta segera memproklamirkan Kemerdekaan RI.
 
Pada saat itu rumah tersebut adalah tempat tinggal keluarga Djiauw Kie Siong. Fatmawati dan bayinya ikut dijemput paksa oleh Soekarni, Wikana, dan Chaerul Saleh yang mengasingkan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.
 
Rumah berdinding kayu tersebut dipilih karena dekat dengan markas PETA (Pembela Tanah Air, pasukan paramiliter bentukan Jepang). Selain itu Djiauw Kie Siong yang sehari-harinya adalah petani juga salah seorang prajurit PETA.
 
Pada 1957, rumah aslinya yang berada di pinggiran Sungai Citarum dipindahkan ke lokasi yang berjarak sekitar 150 meter dari tempat aslinya di Kampung Bojong. Meski dipindahkan, namun kondisi rumahnya masih dipertahankan.
 
 

4. Rumah di Banda Neira

5 Rumah Sejarah Saksi Bisu Kemerdekaan
Foto: MI/Panca Syurkani
 
Banda menjadi salah satu tempat pengasingan Bung Hatta dan Bung Sjahrir mulai 1936 hingga 1942. Mereka dipindahkan ke sana setelah sebelumnya diasingkan Belanda di Boven Digoel, Papua.
 
Setibanya di Banda pada 11 Februari 1936, keduanya dititipkan di di kediaman Mr. Iwa Koesoemasoemantri. Seminggu kemudian mereka pindah ke tempat tinggal sendiri yang disewa dari seorang perkenier (tuan tanah) bernama De Vries.
 
Rumah tersebut dalam keadaan kosong dan disewa seharga f.12,50 (USD5) per bulan. Terletak di ujung pertigaan jalanan Naira, rumah dengan pagar bercorak kuning tersebut memiliki bergaya arsitektur kolonial.
 
Atap rumah utama merupakan berupa seng bertipe perisai dengan balok kuda-kuda dari kayu. Plafonnya berupa papan kayu yang ditahan balok kayu.
 
Lantai rumah utama menggunakan ubin terakota dengan ukuran yang bervariasi. Di serambi depan terdapat pagar kayu dengan batang pagar berornamen.
 
Selain itu terdapat tangga semen seperempat lingkaran dengan tiga anak tangga tanpa railing. Di bagian serambi belakang terdapat pagar tembok dan sebuah tangga lurus dari terakota dan semen tanpa railing.
 
Di terasnya ada tujuh pasang bangku dan papan tulis. Di situlah setiap sore Bung Hatta dan Bung Sjahrir mengajarkan membaca dan menulis kepada warga sekitar. Salah seorang siswa mereka adalah Des Alwi.
 
Tujuh pasang meja dan bangku, serta papan tulis yang masih terbaca bekas tulisan Hatta "Sedjarah Perdjoeangan Indonesia Setelah Soempa Pemoeda di Batavia Pada Tahun 1928".
 
 

5. Rumah di Berastagi

5 Rumah Sejarah Saksi Bisu Kemerdekaan
Foto: Lampung Post/Iskandar
 
Bangunan megah di tepi Danau Toba pernah menjadi tempat pembuangan bagi Presiden Soekarno. Bila rumah pengasingan lain dijadikan museum, yang ini dikelola Pemprov Sumatra Utara sebagai tempat menginap bagi para tamu.
 
Nilai keaslian rumah di Parapat ini hanya tersisa eksteriornya. Sementara bagian dalamnya diisi dengan furnitur baru sesuai peruntukannya sebagai penginapan. Hanya kursi rotan di lantai dua yang disebut masih asli.
 
Di rumah bergaya arsitektur Eropa ini juga sempat menjadi tempat pengasingan bagi Sjahrir dan Haji Agus Salim pada 1948. Tidak lama ketiganya diasingkan di sana, yaitu pertengahan Desember 1948 hingga akhir Januari 1949.
 
Dari balkon lantai dua tersaji pemandangan langsung ke arah Danau Toba. Ketika dibangun pada 1820 memang bangunan ini ditujukan sebagai tempat berlibur bagi keluarga mandor perkebunan teh, karet, dan kopi yang dikelola Belanda.
 
Arsitektur bergaya klasik Eropa. Dinding dan atap dibangun menggunakan kayu jati. Halamannya yang seluas sekitar dua hektare tertata rapi. Hutan pinus di sekitar rumah menambah asri suasana.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(KIE)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan