Tersebar di seluruh wilayah Indonesia, berikut ini lima rumah yang menjadi saksi bisu dari perjuangan panjang para pahlawan merebut kemerdekaan.
1. Rumah Pengasingan di Ende, Flores

Foto: MI/Ramdani
Rumah sederhana ini menjadi salah satu saksi sejarah perjuangan kemerdekaan. Rumah milik Abdullah Ambuwawu tersebut merupakan tempat bagi Soekarno saat diasingkan oleh Hindia Belanda pada 1934 hingga 1938.
Di bawah pohon sukun bercabang lima di sebuah taman, Bung Karno kerap merenung sambil memikirkan tentang cikal bakal Pancasila. Soekarno kerap mampir ke Perpustakaan Keuskupan Nusa Indah dan bertukar pikiran dengan warga, ulama, rohaniawan, seniman hingga seniman.

Foto: MI/Ramdani
Hasil dari itu semua adalah Pancasila yang Soekarno paparkan dalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945. Kemudian pada 1955, Presiden Soekarno melakukan napak tilas ke Ende dan meminta Abdullah Ambuwawu menjadikan rumahnya sebagai museum.
Pada 2012 rumah itu dipugar total. Mulai dari dinding, lantai sampai atap, tetapi tidak mengubah bangunan lama. Kini bangunan tersebut menjadi situs bersejarah yang diresmikan pada 1 Juni 2013 yang bertepatan dengan peringatan hari kelahiran Pancasila.
2. Rumah di Bukit Menumbing, Muntok, Pulau Bangka

Foto: MI
Seusai meletusnya agresi militer II Belanda pada 18 Desember 1948, Presiden Soekarno diasingkan ke Berastagi kemudian Parapat. Dua bulan dipindahkan ke Muntok di Pulau Bangka.
Rumah yang dibangun pada 1928-1933 ini bentuknya menyerupai benteng dengan dinding yang dihias batu alam. Sampai awal reformasi, gedung pesanggrahan menjadi penginapan yang dikelola swasta.
Kini bangunan tersebut dijadikan cagar budaya dan obyek wisata sejarah oleh pemerintah setempat. Untuk mempertahankan keasliannya, isi ruangan tidak dipindahkan.