Indonesia terkenal sebagai bangsa religious. Kuota haji Indonesia selalu paling besar di dunia. Itu pun tak mampu menampung tingginy antusiasme Masyarakat untuk beribadah haji. Di sejumlah daerah, antrian untuk berangkat haji mencapai lebih dari 40 tahun. Tidak heran bila para pendiri bangsa meletakkan prinsip “Ketuhanan” sebagai dasar negara yang pertama.
Cendekiawan Nurcholish Madjid pernah mendalilkan, agama bukan hanya kepercayaan kepada yang ghaib dan melakukan ritual tertentu. Agama adalah keseluruhan tingkah laku manusia yang terpuji, yang membentuk keutuhan manusia berbudi luhur, atau akhlakul karimah.
Dalam ruang berpikir Pancasila, nilai-nilai ketuhanan dijadikan pondasi etik kehidupan bernegara. Tuntunan Ilahiah, di-internalisasi secara batiniah, lalu diterapkan dalam kehidupan jasmaniah. Dalam negara Pancasila, agama mendapat tempat public yang berkaitan dengan penguatan etika sosial. Jejak pendapat Pew Research Center bertajuk “Global God Divide” menghasilkan 96% responden di Indonesia menganggap keimanan seiringan dengan moral. 96% responden juga mengaku rutin berdoa dan beribadah. 98% responden juga menganggap agama penting dalam kehidupan mereka.
Majalah CEO World dan Global Business Policy Institute juga pernah mengukur tingkat religiusitas di 148 negara. Hasilnya, Indonesia berada di posisi 7 dunia dengan skor 98,7.
Jejak pendapat Statista Global Consumer Survey juga memasukkan Indonesia dalam jajaran negara dengan tingkat religiusitas 80-99 persen.
Apakah tingkat religiusitas berbanding lurus dengan tingkat moralitas? Judi, korupsi, narkoba, kekerasan, adalah sejumlah penyakit moral yang sulit diberantas. Di negara dengan tingkat religiusitas tinggi, 2 Menteri Agama justru terjerat kasus korupsi.
Semua agama mengajarkan kebajikan dan melarang kejahatan. Jadi bila religiusitas tidak linear dengan moralitas, yang salah tentu bukan agama. Namun manusianya. Bila menolak makanan haram, semestinya juga jangan mencari uang dengan cara yang haram. Pilih lah yang halal-halal saja. Karena hidup tak sesuai tuntunan religi, tak heran bila di negara dengan tingkat religiusitas yang tinggi justru banyak yang kecanduan judi dan marak kasus korupsi.
Pengamalan ajaran agama adalah dimensi puncak religiusitas. Dimensi ini menjadi wajah ajaran agama dalam perilaku individu sehari-hari. Menurut Immanuel Kant, moralitas religious merupakan kepatuhan manusia terhadap kehendak dan perintah Tuhan. Moralitas harus diletakkan pada kasta tertinggi, diatas persoalan politik atau ekonomi.
Proklamator kita, Bung Hatta, pernah berkata: kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun kurang jujur sulit diperbaiki. Itu artinya, moralitas adalah karakter yang menentukan masa depan bangsa.
Pepatah Jawa menyatakan: batuk mudah diobati, namun watak dibawa mati. Membangun karakter bangsa memang tidak mudah. Namun bukan kah Pembangunan karakter lebih penting dibandingkan Pembangunan fisik atau membangun ekonomi?
SAKSIKAN DISKUSI KEBANGSAAN DENGAN TEMA KRISIS MORAL BANGSA SPIRITUAL DALAM PROGRAM VISI NEGARAWAN DI METRO TV. JUMAT, 22 SEPTEMBER 2023 PUKUL 21.30 – 22.30.
MENGHADIRKAN NARASUMBER: REKTOR UIN SUNAN KALIJAGA Prof. Dr. Phil. AL MAKIN, GURU BESAR FAK. PSIKOLOGI UI Prof. Dr. HAMDI MULUK, DAN CENDEKIAWAN MUSLIM Dr. MARSUDI SYUHUD
