Jakarta: Pandemi virus korona (covid-19) mengubah banyak hal. Ibarat lintasan sirkuit Moto-GP, semua kini sedang berada di tikungan tajam, bukan di jalur lurus.
Namun, justru di tikungan tajam itulah terjadi saling intip untuk menyalip pada lap-lap menentukan. Lihatlah bagaimana orang terkaya Tiongkok bukan lagi Jack Ma, setidaknya untuk bulan ini.
Itu terjadi setelah seorang taipan air kemasan dan vaksin bernama Zhong Shanshan berhasil menggeser pundi-pundi pendiri raksasa e-commerce Alibaba tersebut.
Sebagaimana ditulis Bloomberg Billioners Index pekan lalu, kekayaan ‘sang Raja Galon’ itu mencapai USD2 miliar lebih besar daripada kocek Jack Ma, si orang terkaya kedua di Asia di bawah Mukesh Ambani. Dijuluki Lone Wolf, kekayaan Zhong melonjak menjadi hampir USD52 miliar di 2020.
Dari mana lonjakan kekayaan itu didapatkan? Semua terjadi setelah penawaran perdana saham perusahaan air kemasan miliknya, Nongfu Spring Co, sukses besar. Pula, setelah perusahaan bioteknologinya yang memproduksi vaksin, Biological Pharmacy Enterprise Co, mulus melantai di bursa pada April lalu.
Zhong Shanshan memimpin Nongfu Spring mencatatkan sahamnya di Hong Kong pada awal September 2020. Zhong yang lahir di Hangzhou putus sekolah dasar selama Revolusi Kebudayaan Tiongkok yang diliputi kekacauan.
Dia kemudian bekerja sebagai pekerja konstruksi, reporter surat kabar, dan agen penjualan minuman sebelum memulai bisnisnya sendiri. Zhong juga mengendalikan perusahaan bioteknologi Beijing Wantai, yang go public di Bursa Efek Shanghai pada April 2020 lalu.
Pandemi korona juga membuat pergerakan harta taipan di Indonesia pasang surut. Bloomberg mencatat pada semester pertama tahun ini, nilai kekayaan pemilik Grup Djarum, Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono, tergerus hingga Rp171,5 triliun.
Namun, hanya dalam tujuh pekan kemudian, harta duo Hartono sudah bertambah lagi USD7,4 miliar atau Rp107,3 triliun. Itu juga terjadi karena terus terkereknya harga saham-saham perusahaan Grup Djarum di lantai bursa.
Kemudian, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka cenderung semakin sadar akan pentingnya mematuhi protokol kesehatan. Lalu, jika dilihat berdasarkan kelompok umur, ternyata responden dengan umur lebih senior cenderung lebih patuh terhadap protokol kesehatan.
Padahal, ketiga hal dalam protokol pencegahan covid-19 itu berada dalam satu tarikan napas. Semestinya, perlakuan terhadap ketiga-tiganya juga berlangsung paralel.
Sama persis bagaimana si raja tikungan balap Valentino Rossi, taipan Zhong, Jack Ma, juga Hartono bersaudara membagi kiat sukses dengan kerja keras, fokus, dan disiplin ketat. Ekonom dan sosiolog Gunnar Myrdal sudah mengingatkan bahwa bangsa yang longgar dalam disiplin akan jatuh menjadi bangsa lembek.
Risikonya, kita akan terus tercecer di tikungan, bahkan cepat kehabisan amunisi di lintasan lurus. Kita tentu ingin jadi pemenang.
Kita berharap bisa selamat melalui tikungan tajam pandemi korona. Syaratnya, ikuti cara para pemenang menghadapi kerasnya tantangan.
Salah satu kualitas miliarder Jack Ma ialah keuletannya untuk mencapai sesuatu. Dia mengklaim menuai ganjarannya karena kegigihan dan kesabaran. Dia hidup dengan filosofi, "Hari ini kejam. Besok kejam. Dan, lusa itu indah."
Abdul Kohar
Direktur Pemberitaan Medcom.id

