Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group. MI/Ebet
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group. MI/Ebet (Abdul Kohar)

Abdul Kohar

Dewan Redaksi Media Group

Gotong Royong di Zaman Kecemasan

Abdul Kohar • 04 Januari 2023 07:45
KAWAN saya, yang kerap dihantui kecemasan, memasuki 2023 dengan penuh kegalauan. Melalui pesan tertulis kepada saya, ia menyebut lonceng kecemasan itu telah ditabuh kabar kurang sedap ihwal tingginya angka inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi di sepanjang 2022 mencapai 5,51% (year on year/YoY).
 
Ia lalu berspekulasi jangan-jangan benar apa yang diprediksi sejumlah analis ekonomi bahwa kita akan memasuki awan gelap 2023 yang dimulai dari tren inflasi meninggi. Sang kawan pun menyebut Amerika Serikat, Eropa, dan bahkan Tiongkok ialah kisah nyata. Negara-negara itu memasuki masa suram ekonomi setelah dihantam inflasi tinggi. Bisa-bisa, katanya, kita bakal terimbas oleh hal yang sama.
 
Apalagi, angka inflasi yang dirilis BPS di awal tahun itu melampaui batas atas kisaran sasaran inflasi menurut Bank Indonesia (BI) yang sebesar 4%. Juga, melampaui target pemerintah yang dicanangkan Presiden Joko Widodo pada Oktober tahun lalu agar inflasi bisa dikendalikan di bawah 5%.
 
Kepada sang kawan yang pencemas itu saya menghibur dengan mengatakan, "Santai-santai saja. Masih banyak, kok, ekonom yang meyakini bahwa ekonomi kita, kendati melambat, secara umum akan baik-baik saja di tengah ancaman resesi dunia. Lembaga-lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia pun memprediksi ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 5% pada 2023 ini." Belum sempat sang kawan mendebat kalimat penghiburan itu, saya memberondongnya dengan narasi penuh optimisme bahwa kita punya modal penting menghadapi zaman muram. Saya kutip pernyataan Gubernur BI Perry Warjiyo yang meyakini ketidakpastian ekonomi bisa kita atasi karena kita punya sinergi dan kolaborasi.
 
'Dunia memang bergejolak. Kuncinya sinergi dan kolaborasi, bersatu, bersama, gotong royong, guyub rukun, koordinasi. Kalau kita bersatu, gubernur, bupati, pemerintah pusat bersatu, ekonomi 2023 bisa kita hadapi', tulis kalimat klise yang saya kutip dari Perry Warjiyo itu.
 
Tentu, dalam derajat teknis, tidak sesimpel itu menangani keadaan. Namun, dalam tataran filosofis dan pembangun motivasi, 'mantra' klise gotong royong itu modal sosial penting. Ia memiliki rekam jejak sejarah panjang di Republik ini sebagai alat ampuh penuntun solusi, saat negeri ini menghadapi badai paling ganas sekalipun.
 
Berkali-kali krisis bisa kita lewati dengan semangat gotong royong. Krisis moneter 1998, krisis ekonomi 2008, dan krisis akibat pandemi 2022 bisa beres oleh spirit gotong royong. Bahkan pada era susah, zaman penjajahan, gotong royong terbukti mengantarkan Indonesia ke gerbang kemerdekaan.
 
Bung Karno saat menyampaikan spirit Pancasila secara jelas menekankan bahwa inti Pancasila ialah gotong royong. Gotong royong dalam benak pemikiran Bung Karno ialah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Itulah gotong royong.
 
Prinsip gotong royong di antara yang kaya dan yang tidak kaya, antara yang Islam dan yang Kristen, antara yang bukan Indonesia tulen dan peranakan yang menjadi bangsa Indonesia. Itulah, tandas Bung Karno, landasan kita, jiwa kita.
 
Gotong royong akan mengendalikan sifat kebinatangan yang ada dalam diri seseorang. Kata filsuf Jerman Immanuel Kant, dalam diri setiap manusia terdapat radical evil. Itulah sebuah ungkapan yang menjelaskan bahwa secara alami manusia memiliki kecenderungan untuk menjadi seorang penjahat.
 
Hidup hanya untuk memanfaatkan orang lain dan melihat orang lain hanya sebagai alat untuk memperoleh kepentingan pribadi, bukan sebagai subjek yang setara dan memiliki misi dan cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan kemuliaan.

Baca juga:Salah Banget! Pekerja Gaji Rp5 Juta Dikenakan Pajak 5%


 
Bagi Kant, orang yang bergaul atau berinteraksi hanya bertujuan memanfaatkan orang lain demi ambisi dan tujuan pribadi maka tak ubahnya seperti binatang. Oleh karena itu, kita punya kewajiban moral agar insting kebinatangan dalam diri manusia bisa ditekan dan dikendalikan. Salah satu caranya ialah dengan bergotong royong.
 
Itulah modal berharga kita menapaki warsa ini. Makin sedap lagi bila pengumuman data-data ekonomi ke depan dari BPS menunjukkan angka-angka yang bisa membesarkan hati. Data tentang kunjungan turis asing ke Indonesia 2022 yang lebih dari 5 juta orang, misalnya, menerbitkan optimisme karena melampaui target 3,5 juta orang. Begitu pun penurunan harga bahan bakar minyak di awal tahun bisa membuat raut muka semringah.
 
Namun, narasi panjang penghiburan yang saya tulis kepada sang kawan belum mampu membuat rasa galaunya tentang masa suram ekonomi kita menghilang. Kerut di keningnya tidak kunjung terurai.
 
Meski, katanya, rambutnya tidak sampai memutih semua, kerut kening--kata sahibul hikayat--ialah salah satu tanda bahwa ia berpikir keras tentang bangsa dan sah menjadi calon pemimpin.
 
Sayangnya, nama sang kawan tidak pernah masuk daftar survei capres-cawapres. Padahal, keningnya yang terus berkerut telah 'memenuhi syarat' menjadi bakal calon pemimpin.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Pilar Ekonomi Global Resesi ekonomi Ekonomi Indonesia Inflasi

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif