OLAHRAGA merupakan salah satu parameter kemajuan peradaban sebuah bangsa. Setiap ajang olahraga di zaman modern ini layaknya medan perang untuk unjuk keperkasaan dari para atlet demi mengharumkan nama bangsa, tidak terkecuali ajang Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.
Menjadi tuan rumah jelas merupakan kebanggaan luar biasa bagi bangsa Indonesia. Ia menjadi arena untuk menunjukkan keindahan budaya, jati diri bangsa, dan tentu saja prestasi serta harga diri bangsa Indonesia pada dunia, khususnya bangsa-bangsa di Asia.
Olahraga bukan hanya soal prestasi di lapangan. Olahraga bersangkut-paut dengan promosi nilai-nilai yang dijunjung sebuah bangsa, seperti peralatan, teknologi, dan berbagai infrastruktur yang dipergunakan. Walhasil, ajang olahraga tidak ubahnya sebuah peristiwa kebudayaan.
Namun, perhelatan olahraga level Asia yang tinggal empat bulan lagi ini gaungnya tidak terasa. Jangankan di seantero Nusantara, di Jakarta dan Palembang sebagai kota penyelenggara pun demam dan gairah masyarakat terhadap Asian Games belum kelihatan. Presiden Joko Widodo langsung mengungkapkan hal itu, Rabu (18/4).
Bahkan, kata Presiden, dirinya lebih sering melihat baliho milik politisi ketimbang promosi Asian Games. Tak ayal, pernyataan Presiden itu menjadi metafora bahwa gaduh politik mengalahkan gaung olahraga. Jangan-jangan spanduk dan baliho Cak Imin lebih bergema daripada spanduk dan baliho Asian Games.
Promosi Asian Games ibarat, meminjam judul buku Pramoedya Ananta Toer, 'nyanyi sunyi seorang bisu'. Padahal, mestinya di ajang inilah energi rakyat digerakkan untuk turut menyukseskannya. Apalagi, tagline Asian Games 2018 ialah Energy of Asia. Jokowi pun meminta promosi digencarkan, baik di media nasional maupun internasional.
Penyelenggara Asian Games, Inasgoc, bersama kementerian dan pemerintah daerah dituntut bahu-membahu menggaungkannya. Mengapa harus disokong, karena memang dana promosi Asian Games menurut Inasgoc sangat minim. Dari total anggaran Rp6,6 triliun, lebih 90% dicurahkan untuk penyelanggaraan.
Presiden ingin Asian Games menjadi topik utama bagi seluruh rakyat Indonesia. Jangan sampai momentum ini lewat begitu saja. Ini menjadi pertaruhan kredibilitas Indonesia setelah terakhir kali menjadi tuan rumah ajang olahraga paling prestisius se-Asia tersebut 56 tahun silam.
Sebanyak 45 negara akan ambil bagian dalam ajang empat tahunan itu. Tidak kurang dari 15 ribu atlet, pelatih, dan ofisial akan meramaikan kompetisi. Belum lagi ribuan juru warta yang akan mewartakan baik-buruknya Asian Games 2018.
Artinya, potensi kesuksesan tidak hanya dalam prestasi olahraga, tetapi juga dalam penyelenggaraan. Dana yang dikucurkan negara untuk menyongsong ajang ini tidaklah kecil, belum lagi anggaran untuk membangun infrastruktur olahraga demi menopang perhelatan tersebut.
Dengan sisa waktu 120 hari, perlu langkah-langkah terobosan agar Asian Games 2018 dapat berlangsung sukses. Begitu pula dengan target prestasi delapan besar perolehan medali bisa tercapai. Jangan sampai kegagalan Indonesia di SEA Games tahun lalu terulang.
Ini semua dapat terwujud jika seluruh elemen bekerja sama dan berkoordinasi dengan rapi, mulai tingkat pemerintahan tertinggi, lembaga-lembaga olahraga, panitia pelaksana, hingga masyarakat Indonesia. Buktikan bahwa Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa lain melalui ajang Asian Games 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
