"Sebelum memulai kelas secara daring, sebaiknya pengajar memperhitungkan terlebih dahulu kemungkinan yang akan terjadi terkait teknologi dan sudah harus menyiapkan solusi untuk itu semua," kata Myrna kepada Medcom.id, Senin, 19 Oktober 2020.
Dia mengatakan, persiapan juga termasuk penyedian kuota hingga terjaminnya sinyal internet. Untuk model pembelajaran juga harus memiliki sistem sinkronus dan asinkronus.
Sinkronus ialah komunikasi daring secara langsung dua arah atau lebih. Contohnya, menggunakan Live Google Classroom. Sementara asinkronus, yakni komunikasi daring satu arah tidak langsung, misalnya melalui aplikasi WhatsApp.
Penggabungan sinkronus dan asinkronus ini menjadi penting agar kendala-kendala belajar daring dapat diminimalisir. Dengan demikian, peserta yang mendapatkan kendala dalam mengikuti kelas secara sinkronus maupun peserta yang berhalangan hadir tetap dapat mempelajari materi ajar yang diberikan.
"Bahkan itu bisa dijadikan sebagai pengingat untuk semua peserta dan juga bisa membuka ruang untuk diskusi baru," terang Myra.
Baca: Kiat Sukses Menjalani Magang di Tengah Pandemi
Myra mengaku telah melakukan riset untuk hal tersebut. Dia mencoba memberikan pembelajaran dengan materi bahasa prancis di MAN 2 Kota Bogor.
Pembelajaran dimulai dari Juni 2020 dan berakhir pada Juli 2020 dengan pelaksanaan kelas sebanyak tiga kali seminggu pada hari dan jam yang telah ditentukan.
Agenda pembelajaran terdiri atas 16 kali pertemuan yang dapat terbagi atas 12 kali pelaksanaan kelas wajib dan empat kali pelaksanaan kuis di luar jam pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan dengan bantuan media daring seperti WhatsApp, Google Meet, dan Google Classroom.
Selain memberikan jadwal kelas reguler, pihaknya juga memberikan durasi yang cukup longgar dalam hal mengumpulkan tugas. Pengajar pun memberikan kebebasan waktu dan ruang kepada peserta untuk bertanya melalui grup WhatsApp mengenai materi ajar yang sudah diberikan.
Hasilnya dibuktikan dengan melihat rekaman para siswa dalam memandu wisata secara virtual. Tugas ini untuk melihat kemampuan dan keaktifan para siswa selama meengikuti pembelajaran bahasa prancis.
"Hasil positif juga ditunjukkan dari nilai dan komentar yang diberikan oleh para evaluator untuk setiap video. Para evaluator sangat mengapresiasi hasil akhir dari peserta didik, " lanjut Myrna.
Baca: Sulit Fokus Saat PJJ, Gunakan Teknik Belajar Pomodoro
Hasil belajar siswa, kata Myrna, terasa lebih baik lagi karena mengikuti metode le français pour l’objective spécifique (FOS) untuk kegiatan wisata. Dan juga ada pendekatan pembelajaran dengan Françaiscomme Langue Étrangère‘ (FLE).
Dua metode ini akhirnya sangat efektif. Pemberian acuan observasi, kegiatan imitasi dan diskusi, serta seringnya praktik pemakaian bahasa, akan mempermudah peserta didik dalam menyerap materi ajar.
Dengan dorongan FOS dan FLE yang dikemas dalam model pembelajaran sinkronus dan asinkronus akhirnya siswa dapat memproduksi, bahasa yang diharapkan. Baik lisan maupun tulisan.
"Hal ini membawa siswa mampu praktik dialog dengan simulasi dari situasi keadaan di dunia nyata yang dibutuhkan. Sehingga hasil akhir lebih terlihat dibandingkan dengan pengajaran kelas reguler yang tidak memiliki tujuan spesifik," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News