Ada sejumlah penyebab resolusi tahun baru sering gagal. Namun, demikian ada juga solusinya. Melansir Zenius, berikut ini empat alasan kenapa resolusi tahun baru sering gagal beserta solusinya.
1. False Hope Syndrome
Siklus mencoba suatu resolusi yang sama walaupun sudah gagal beberapa kali itu dinamakan false hope syndrome. Contoh kasus, kalian berencana menuntaskan membaca satu buku dalam satu bulan di 2022, ternyata gagal. Hal itu kemudian kembali jadi resolusi jelang 2023, dan seterusnya.Situasi false hope syndrome ini membuat usaha kalian membentuk gaya hidup atau rutinitas baru gagal karena harapan atau resolusi yang tidak realistis membuat peluang untuk terpenuhinya sangat kecil.
Tidak realistisnya sebuah resolusi bisa dari segi ekspektasi, kecepatan, jumlah kemudahan, dan konsekuensi dari upaya mencapai resolusi itu sendiri.
Baca: Ucapan Selamat Tahun Baru dalam Berbagai Bahasa
Misalnya, ketika kalian tidak terbiasa membaca tetapi membuat resolusi untuk membaca dua buku dalam sebulan di tahun baru. Yang awalnya terlihat mudah karena mungkin orang lain bisa melakukannya, ternyata setelah dijalani, baru dirasakan sulitnya untuk menjaga motivasi, membagi waktu, dan tantangan-tantangan lainnya yang muncul di tengah jalan.
Walaupun masih ada kemungkinan resolusi itu bisa terpenuhi, namun besar juga kemungkinannya untuk gagal. Di situlah pentingnya membuat resolusi tahun baru yang realistis.
Dalam membuat resolusi tahun baru yang realistis, membuat langkah kecil merupakan kuncinya. Kalau ingin bisa membaca dua buku dalam sebulan, mungkin bisa dimulai dengan membaca selama sepuluh menit dalam sehari. Dengan begitu, resolusi yang dibuat tidak akan terlalu mengintimidasi dan masih memberikan ruang untuk lo melakukan penyesuaian.
Berdasarkan penelitian tentang ilmu saraf, Jonah Lehrer (2009) menyarankan untuk fokus pada satu resolusi dalam satu waktu dan menyebarkan resolusi-resolusi dalam kurun waktu satu tahun. Dengan begitu, tidak akan kewalahan atau kehilangan kemauan di tengah jalan.
Pastikan untuk setiap resolusi yang diinginkan mendapatkan setidaknya alokasi waktu selama 66 hari. Sebab, menurut penelitian, dibutuhkan waktu selama itu untuk sebuah kebiasaan baru untuk terwujud.
Menurut para ilmuwan otak Antonio Damasio, Joseph LeDoux, dan psikoterapis Stephen Hayes, untuk terbentuknya suatu kebiasaan diperlukan adanya pembentukan perilaku default dari pola pikir yang menciptakan jalur saraf dan ingatan akan suatu kebiasaan baru.
Dalam kurun waktu 66 hari tersebut itu, kemungkinan besarnya adalah dapat memberikan waktu yang cukup untuk terbentuknya kebiasaan yang baru. Setelahnya, dapat menemukan perubahan perilaku yang selaras dengan resolusi yang dibuat dalam kurun waktu tersebut, maka bisa dikatakan bahwa resolusi tahun baru yang dibuat berhasil dicapai.
Baca: 'Contekan' 25 Ucapan Tahun Baru Dalam Bahasa Inggris, yang Mana Favoritmu?
2. Faktor Eksternal yang Tidak Mendukung
Alasan kedua kenapa resolusi tahun baru sering gagal karena faktor eksternal yang tidak mendukung suatu perubahan untuk dilakukan. Faktor eksternal ini segala sesuatu yang ada di luar tubuh tetapi bisa mempengaruhi aktivitas.Dapat berupa situasi sekitar, orang yang ada di sekeliling, barang yang digunakan, dan ketersediaan fasilitas.
Contohnya, jika berniat membaca buku, maka memilih tempat yang khusyuk akan lebih baik supaya menjauhkan dari gangguan-gangguan konsentrasi yang akhirnya dapat menggagalkan niat tersebut.
Secara psikologis, Norcross (1998) menjelaskan bahwa orang-orang yang sukses dalam mewujudkan resolusinya adalah mereka yang memiliki strategi mengontrol stimulus atau dorongan.
Dengan mampu mengontrol atau mengatur faktor-faktor eksternal yang ada di sekitar, kalian dapat menumbuhkan dorongan yang mendukung melakukan resolusi yang direncanakan tersebut. Jadi, kalau mau melakukan sesuatu itu jadi lebih mood.
3. Tidak Memiliki Motivasi yang Kuat
Salah satu faktor yang penting dalam merealisasikan sebuah resolusi tahun baru adalah motivasi. Sebuah motivasi dapat memberikan dorongan bagi seseorang untuk mencapai suatu hal.Pada zaman modern ini, media sosial seringkali memberikan gambaran-gambaran yang tidak realistis, namun membuat orang-orang ingin menirunya. Terkadang secara tidak sadar, seseorang menginginkan sesuatu tidak berasal dari keinginannya sendiri, melainkan karena ingin meniru seseorang yang diidolakan.
Di situlah mungkin motivasi yang cukup untuk membuatnya berhasil tidak terbentuk.
Baca: Tips Menyusun Resolusi Tahun Baru dan Mewujudkannya
Seperti yang disarankan oleh Dorota Klop-Sowinska (2020), seorang konselor di Akademi Psikoterapi Belanda, motivasi penting supaya apa yang dilakukan terasa lebih menarik dan lebih mudah untuk dipertahankan.
Untuk memiliki motivasi ini, selain mengetahui aspek what-nya (resolusi tahun baru yang diinginkan), Perlu juga mengetahui why-nya (alasan dibalik resolusi tahun baru yang diinginkan).
Misalnya, jika ingin lebih rajin berolahraga di tahun baru, maka juga perlu menemukan alasan yang kuat kenapa perlu mencapai resolusi itu di tahun baru. Contohnya, dengan lebih rajin berolahraga, akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat dan meningkatkan performa dalam kegiatan sehari-hari.
Dengan adanya dorongan yang autentik dari diri sendiri, akan lebih mudah dalam mempertahankan motivasi itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News