Epinefrin dan Norepinefrin
Hormon epinefrin dan norepinefrin ini berperan merespons tubuh terhadap stres jangka pendek. Seperti apa? Seperti di awal masalah gebetan.Jadi, ketika gebetan Sobat Medcom lewat, yang pertama bereaksi ialah hipotalamus di otak. Kemudian, hipotalamus mengirim sinyal melalui saraf menuju sumsum tulang.
Kenapa lewat syaraf? Sebab, bila lewat darah terlalu lama. Untuk merespons stres jangka pendek harus cepat.
Setelah itu, dari sumsum tulang akan menuju ke bagian medula adrenal yang akan menghasilkan hormon epinefrin atau yang disebut juga dengan adrenalin dan norepinefrin. Fungsi dari kedua hormon ini antara lain meningkatkan glukosa darah, tekanan darah, laju pernapasan, dan metabolisme.
Glukokortikoid
Nah, kalau stres jangka panjang bagaimana? Stres jangka panjang terjadi bila dalam tubuh ada ketidakseimbangan dalam waktu lama, tepatnya ketika ada ancaman tubuh bakal kehabisan energi.Kehabisan energi bisa dipicu turunnya kadar glukosa dalam darah atau tekanan darah rendah dalam waktu lama. Nah, hormon yang merespons stres jangka panjang ini ialah hormon kortikosteroid yang terdiri atas glukokortikoid dan mineralokortikoid. Kedua hormon ini dihasilkan di korteks adrenal.
Contoh glukokortikoid misalnya ada seseorang yang mengalami depresi. Depresi itu memakan energi. Gula darah bisa jadi turun gara-gara ini. Nah, kalau hal ini terjadi, tubuh akan mengirimkan sinyal ke hipotalamus.
Lalu, hipotalamus langsung menghubungi pituitari. “Pit, kadar glukosa dalam darah kita jeblok, nih. Ayo, take action!”. Tapi, pituitari enggak langsung gerak sendiri, dia mengirim sinyal ke adrenal korteks untuk menghasilkan hormon glukokortikoid.
Hormon ini bekerja di organ adiposa untuk mengubah lipid menjadi glukosa, di hati untuk mengubah lipid dan protein menjadi glukosa, dan menghambat sistem imun. Jadi, glukosa itu sedikit. Apabila misalnya otak sedang butuh stok glukosa, maka otak yang akan didahulukan.
Sistem imun nanti-nanti aja. Tapi ini juga yang bikin gampang sakit karena sistem imun dihambat.