Rahyussalim mengatakan berkaca pada pengembangan riset sel punca di dunia, ASPI mengacu dan mengadopsi organisasi International Society for Stem Cell Research (ISSCR) yang sudah mempunyai guide line stem cell. Saat ini, sudah ada 6.000 uji klinis stem cell di dunia.
Sementara itu, angka riset stem cell di Indonesia masih kecil. Maka, ASPI memperkuat penelitian stem cell dan mengharmonisasinya.
Dia menyebut untuk memperkuat riset sel punca di Indonesia perlu memperbanyak periset stem cell, baik perorangan maupun kelompok dari riset basic maupun klinis. Selain itu, perlu dukungan pemerintah berupa regulasi yang mempermudah riset dan pelayanan stem cell.
“Yang lebih penting perlu kolaborasi dan sinergi dari para pihak yang terlibat,” ujar dia.
Dia berharap BRIN, Kemenkes, perguruan tinggi dan lembaga lain, seperti BPOM dapat mengambil langkah untuk harmonisiasi penguatan riset sel punca. "Mudah-mudahan 2022 bisa dimanfaatkan menjadi titik lompatan akselerasi pengembangan stem cell, baik di hulu dan hilir,” kata Rahyussalim.
Baca: Pakar Unair Beberkan Cara Mengatasi Penuaan Dini dengan Sel Punca
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id