Sebelum jauh membahas koleksinya, yuk kenalan lebih dalam dengan Museum Senisono dikutip dari akun Instagram @kemensetneg_ri:
Sejarah Museum Senisono
Pada 1818, gedung Senisono awalnya dibangun hanya sebagai tempat pertemuan masyarakat Eropa di area tanah milik Sri Sultan Hamengkubuwono IV. Seiring berjalannya waktu, pengelolaan gedung Senisono dialihkan menjadi Societeit de Vereeniging Yogyakarta, yang berfungsi sebagai tempat hiburan dengan fasilitas gedung pertemuan, perjamuan, dan lantai dansa atau ballroom.Gedung ini mengalami renovasi pertama kali pada 1822. Kemudian direnovasi kembali pada 1864, sebagai bentuk komitmen untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi bangunan. Gedung Senisono sudah mengalami perubahan nama dan fungsi gedung.
Perubahan nama dilakukan pada 1915 dengan angka tahun tersebut diabadikan sebagai relief di dinding sisi timur bangunan. Kemudian, saat tentara Dai Nippon Sepoeng menguasai Yogyakarta dan mengalahkan Belanda pada 1942, nama gedung ini berubah menjadi Balai Mataram.
Baca juga: Museum Basoeki Abdullah: Warisan Seni dari Sang Maestro untuk Indonesia |
Perjalanan Senisono di tengah perkembangan seni
Perjalanan Gedung Senisono sebagai ruang seni dimulai pada 1952 saat sempat beroperasi sebagai bioskop, sebelum hadirnya bioskop Indra dan Permata. Pada 1967, Gedung Senisono bertransformasi menjadi pusat kesenian yang dinamis, menyelenggarakan berbagai pertunjukan seni, pameran, dan forum diskusi seniman.Kemudian, proses renovasi menyeluruh selesai dan diresmikan Presiden B.J. Habibie pada 1998. Sejak itu, Senisono dikelola oleh Istana Kepresidenan Yogyakarta di bawah koordinasi Kementerian Sekretariat Negara.
Proses reaktivasi Gedung Senisono di era modern
Berikutnya, Gedung Senisono diaktifkan kembali oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 2014, dengan penataan ulang ruang dan display koleksi. Upaya ini tidak sekadar mengejar nilai estetis, tetapi juga menerapkan konservasi preventif untuk menjaga kelestarian koleksi museum.Koleksi bersejarah yang tersimpan dalam museum ini, antara lain:
Koleksi sejarah di Gedung Senisono
- Lukisan "Nyai Loro Kidul" karya Basuki Abdullah
- Lukisan “Berburu Banteng II (1851)" karya Raden Saleh
- Koleksi diperkaya dengan karya revolusioner dari maestro lain seperti S. Sudjojono, Affandi, dan Dullah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id