T: Untuk menjalankan amanat itu, apakah sudah dipetakan kekurangan dan kelemahan pendidikan vokasi?
J: Pertama setelah mendapatkan pesan itu dari Mas Menteri yang saya pikirkan, apakah yang membuat dapat membuat vocational education itu great?
Banyak yang sebetulnya kita lihat dan jadikan ukuran. Tapi yang paling penting bagi bangsa itu hanya dua ya. Pertama lulusannya bisa produktif, entah itu bekerja, wirausaha, atau melanjutkan studi, yang penting lulusannya enggak boleh nyusahin.
Kedua pendidikan vokasi itu harus terjangkau oleh setiap warga negara yang mau mengikuti pendidikan vokasi, jadi artinya adalah akses. Kemudian untuk mencapai itu apa yang harus dilakukan dan apa yang sudah dilakukan. Jadi hal-hal yang sudah baik, berjalan efektif ya tetap dijalankan dan diperkuat.
Tetapi pada saat yang sama, saya katakan ke para stakeholders vokasi beri tahu kami tentang apa yang perlu kami lakukan untuk membuat segala sesuatu lebih baik. Jadi sudah macam-macam usulnya dan saya senang sekali.
T: Setelah dipetakan, lalu belanja persoalan, apa yang menurut Anda program vokasi yang memiliki daya ungkit paling besar untuk kita pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat?
J: Kalau untuk SMK ada SMK Pusat Keunggulan. Pusat keunggulan ini sifatnya bottom up. Setiap SMK mengidentifikasi mereka unggulnya di mana dan mereka ingin unggul seperti apa.
Kemudian mereka cari mitranya agar relevan dengan stakeholder-nya, jadi dia cari mitra lalu mereka merancang programnya, lalu program itu disusun dalam proposal yang diajukan ke kami. Kalau lihat itu sebagai proposal yang baik, yang memang akan mengangkat kualitas SMK maka mereka mendapat padanan anggaran, pembinaan dari kami dengan berbagai perangkatnya, untuk memastikan cita-cita unggulan satu SMK itu terwujud.
Program kedua yang perlu dilakukan itu adalah untuk pendidikan tingginya. PTV kami membuat program yang disusun dalam scoop Kementerian yaitu Kampus Merdeka Vokasi.
Dengan Kampus Merdeka Vokasi kami melibatkan sebanyak mungkin stakeholders vokasi untuk memberikan pengalaman belajar yang kontekstual bagi siswa dan mahasiswa. Mulai dari menyediakan tempat magang, komponen masyarakat lain yang bisa memberikan ilmu juga kami ketuk pintunya.
Dua hal itu kami rancang untuk mempercepat akselerasi pulihnya vokasi sekaligus memulihkan peran vokasi bagi bangsa Indonesia.
T: Pesan untuk stakeholder vokasi dari apa yang sudah disiapkan oleh Kemendikbudristek untuk Pulih dan Bangkit?
J: Pertama kolaborasi. Mari kita ciptakan iklim, atmosfer, ekosistem yang mengungkit kolaborasi. Mitra industri dengan kami di vokasi, dan vokasi juga terbuka tangannya untuk menerima uluran tangan dan meminta bantuan kepada semua pihak, termasuk teman-teman media.
Jadi pertama adalah membuka diri untuk menciptakan iklim kolaborasi. Kedua kami harus melakukan transformasi cara pandang, cara pikir dan cara kerja. Kita tidak lagi bekerja dengan cara yang sama, kita membuka cakarawala cara pandang kita dengan pemikiran terbuka dengan cara berpikir terbuka dan harus rendah hati untuk minta tolong. Karena sekarang eranya kolaborasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News