Lalu apa yang terdampak dari pendidikan vokasi? pendidikan vokasi adalah yang paling besar terdampak dari pandemi. Pendidikan vokasi adalah pendidikan yang membutuhkan praktikum banyak, magang, mengalami sendiri begitu. Dan itu semua terhenti.
Jadi bisa kita bayangkan, katakanlah siswa itu belajar tata boga, belajar tata busana, permesinan, mereka hanya bisa membayangkan, tidak bisa pegang sendiri, lihat sendiri. Itu luar biasa dampaknya bagi pendidikan vokasi. berbagai cara dan upaya yang kita lakukan. Memang betul bisa menjaga proses, tapi beberapa saat setelah pandemi, Mas Menteri (Mendikbudristek, Nadiem Makarim) melihat kita enggak bisa terus begini. Kita akan punya learning loss jika terus begini.
Maka di tengah pertimbangan, Kementerian meminta kembali, menggerakkan kembali untuk masuk ke sekolah, pembelajaran tatap muka. Walaupun tetap kita masih memberikan ruang kepada para guru, para orang tua, jika situasinya memungkinkan mohon ini dilakukan tatap muka tapi jika tidak memungkinkan mohon pertimbangkan keselamatan siswa dan guru.
Jadi siap tidak siap kita kembali masuk kelas lagi, dengan cerita-cerita yang memprihatinkan begitu. Kenapa Kementerian mengambil keputusan itu? karena kami sudah menghitung balik. Jika 2045 anak-anak akan masuk pasar kerja usianya sekitar 22-25 tahun, dari 2020 saat pandemi itu adalah anak-anak yang lahir saat ini.
Anak yang lahir saat pandemi adalah mereka yang nanti masuk ke pasar kerja. Pada saat pandemi anak-anak ini kehilangan masa belajarnya, mereka inilah yang nanti yang akan justru masuk ke sektor produktif bangsa.

Dirjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Dr. Ir. Kiki Yuliati, M.Sc.
Kebayang ya kalau mereka bertahun-tahun enggak belajar. Makanya pemerintah mengatakan kita tidak boleh punya learning loss begitu besar. Pendidikan vokasi memang mendapat tantangan yang lebih besar, karena tidak boleh pratikum.
Tapi juga paling diuntungkan ketika kita kembali ke sekolah. Umumnya pendidikan vokasi perbandingan, kepadatan siswanya lebih sedikit dari pendidikan umum, sehingga kalau harus prokes saat tatap muka seperti ini, kita lebih mudah.
T: Di SMK ada angka khusus berapa lebar learning loss terjadi?
J: Saya belum cek, belum ingat angka terakhir seperti apa. Tapi kalau kita lihat secara empiris memang kami banyak sekali terdampak, karena umumnya siswa-siswa SMK, politeknik tidak punya peralatan sendiri di rumah. Mau enggak mau mereka harus ke kampus dan ke sekolah untuk pratikum, itu yang kami pikirkan sehingga kami memutuskan untuk tatap muka.
T: Tema HUT ke-77 RI adalah pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat. Bagaimana pendidikan vokasi memaknai tema ini?
J: Menginspirasi. Kami memang terdampak cukup kuat dan besar dalam kaitan pandemi. Tapi selama pandemi pun kami membuktikan banyak hal.
Jadi pada saat Hakteknas kemarin, Direktorat Vokasi menyajikan karya-karya anak-anak vokasi. Satu karya yang kami sebut maha karya vokasi itu adalah animasi yang menggunakan metaverse yang menampilkan hasil karya inovasi siswa dan mahasiswa.
Karya itu, di susun, dibangun, dibuat oleh anak-anak SMK Raden Umar Said Kudus, bekerja sama dengan mahasiswa seni ISI Bandung, kemudian mewujudkannya menjadi games menarik, games berbasis metaverse itu oleh mahasiswa Politeknik Negeri Batam.
Yang satu di Bandung, satu di Kudus, satu di Batam memanfaatkan teknologi di rumah masing-masing, di laboratorium masing-masing, menghasilkan mahakarya yang bisa dipamerkan di Surabaya dan Jakarta.
Jadi ternyata, tema tadi pulih lebih cepat bangkit lebih kuat, benar adanya, itu inspiratif sekali. Dalam segala keterbatasan, dalam segala tantangan, Indonesia bisa kok!
Ini seperti keajaiban, inovasi banyak lahir ketika pandemi. Memang seperti bis listrik pun yang kita pamerkan itu memang kita wujudkan saat pandemi. Walaupun itu sudah didukung penelitian berikutnya.