Dirjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Dr. Ir. Kiki Yuliati, M.Sc. Foto: Humas Diksi
Dirjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Dr. Ir. Kiki Yuliati, M.Sc. Foto: Humas Diksi

Wawancara Khusus Dirjen Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati

Pulih dan Bangkit, Optimistis 'Make Vocational Education Great!'

Citra Larasati, Ilham Pratama Putra • 17 Agustus 2022 13:22

T:  Berdasarkan data, hanya ada 275 Politeknik dari 4.700-an total perguruan tinggi di Indonesia. Kenapa jumlah politeknik dan Perguruan Tinggi Vokasi (PTV) masih minim di Indonesia? 
 
J: Membangun sekolah vokasi itu lebih mahal investasinya. Karena membutuhkan sarana prasarana dan dengan sedemikian dinamisnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu juga semakin mahal untuk membeli peralatan agar bisa praktik.
 
Kita punya peralatan tahun 2020 katakanlah, ternyata itu peralatan yang bisa kami beli itu digunakan tahun 90 di industri. Jadi kita mau relevan ternyata tetap enggak terkejar.

Sementara pemerintah tidak bisa menawar dari sisi kualitas. Kalau kita bilang lulusan SMK harus bisa seperti ini, lulusan politeknik harus bisa seperti ini, kita tidak bisa menawar dari sisi kualitas, Misal ya sudah deh, karena enggak ada alatnya maka kita turunkan. Tidak bisa juga seperti itu, karena indutri butuhnya kualitas yang seperti ini.
 
Pulih dan Bangkit, Optimistis <i>Make Vocational Education Great!</i>
Dirjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Dr. Ir. Kiki Yuliati, M.Sc.
 
Sehingga memang membangun dan memperbanyak daya tampung di pendidikan vokasi itu tidak murah, dengan demikian kita harus mengerti pertumbuhan satuan pendidikan vokasi tidak secepat yang pergurusn tinggi umum. Itu kendalanya atau tantangan kita untuk memperbanyak pendidikan vokasi.
 
T: Apakah ada target Kemendikbudristek untuk menambah jumlah politeknik?
 
J: Kami bukan hitungan satuan pendidikan. Kami menyebutnya sebagai akses, perluasan akses. Perluasan akses tidak selalu dengan mendirikan satuan pendidikan lebih banyak.
 
Tapi misalnya, ada daya tampung yang masih idle. Satu per politeknik di satu tempat punya daya tampung 1.500, sekarang 1.200. Artinya ada 300 tempat masih idle di situ, kemudian di tempat lain demikian.
 
Jadi pertama yang harus kita lakukan, memaksimalkan atau memenuhi seluruh daya tampung dari seluruh satuan pendidikan vokasi yang ada. Dan ini juga terjadi karena distribusi penduduk di Indonesia belum merata. Jadi kita harus pastikan mana yang masih idle, masih membutuhkan tempat.
 
Kedua, kemungkinan besar, ada juga kemungkinan daya tampung tidak terpenuhi karena biaya pendidikan yang kurang terjangkau atau terlalu mahal bagi masyarakat yang membutuhkan pendidikan vokasi. Maka upaya yang kedua adalah menyiapkan beasiswa.
 
Ketiga mempercepat masa studi. Jadi kalau mereka berlama-lama di kampus atau sekolah, jadinya sumber dayanya dipakai oleh sumber daya yang sama, orang yang sama, siswa yang sama. Tapi kalau mereka cepat-cepat lulus, adik-adik kelasnya juga bisa cepat masuk itu juga cara memperluas akses.
 
Cara untuk memperluas akses yang lain, itu adalah dengan program afirmasi. Program afirmasi itu kalau mau masuk SMK atau politeknik tertentu ada persyaratan yang harus dipenuhi. Lalu kita tahu ada kelompok masyarakat yang membutuhkan afirmasi ini.
 
Kalau mereka ikut jalur seleksi yang sama begitu, mungkin mereka belum bisa lolos untuk politeknik. Kalau kita lihat bakat dan prestasi di SMK-nya, dia bisa masuk dari jalur afirmasi atau kita sebut sebagai jalur prestasi, ini akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi kelompok yang selama ini mungkin kesempatannya kalau di jalur yang sama lebih kecil.
 
Jadi itu yang kami upayakan, tidak selalu harus mendirikan sekolah baru. Mengapa pertimbangannya seperti itu? Karena kita punya pekerjaan rumah untuk meningkatkan kualitas dari yang ada sekarang harus naik dulu harus bagus dulu.
 




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan