Ki Hadjar Dewantara. DOK UMS
Ki Hadjar Dewantara. DOK UMS

Daftar 7 Pahlawan Nasional Berlatar Belakang Pendidik

Renatha Swasty • 10 November 2025 15:03
Jakarta: Kemerdekaan Indonesia tidak hanya diraih melalui perjuangan di medan perang, tetapi juga melalui perjuangan di dunia pendidikan. Para pahlawan pendidikan berjuang mencerdaskan bangsa agar dapat berdiri sejajar dengan negara lain.
 
Peringatan Hari Pahlawan menjadi momentum untuk mengenang jasa mereka yang telah membuka jalan bagi lahirnya generasi berilmu dan berkarakter. Dikutip dari laman Museum Pendidikan Nasional UPI, berikut sejumlah tokoh yang berjasa besar dalam memajukan pendidikan di Indonesia, khususnya bagi kaum pribumi. 

Pahlawan nasional berlatar belakang pendidik

1. Ki Hajar Dewantara

Bernama asli R.M. Suwardi Suryaningrat, lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Dia mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa pada tahun 1922 yang berlandaskan Panca Darma, meliputi kemerdekaan, kebangsaan, kemanusiaan, kebudayaan, dan kodrat alam. 
 
Prinsip ini menjadi bentuk perlawanan terhadap sistem pendidikan kolonial Belanda. Melalui semboyannya seperti Tut Wuri Handayani dan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ki Hajar Dewantara menanamkan nilai kebebasan berpikir dan pendidikan berkarakter bagi bangsa Indonesia.

2. K.H. Ahmad Dahlan

Lahir di Yogyakarta pada 1 Agustus 1869, Ahmad Dahlan merupakan pendiri organisasi Muhammadiyah. Dengan semboyan Sedikit Bicara, Banyak Bekerja, Ahmad Dahlan memperjuangkan pendidikan Islam modern yang berpadu dengan ilmu pengetahuan umum. 

Muhammadiyah berfokus pada bidang sosial dan pendidikan, bukan politik. Melalui lembaga ini, dia mendirikan berbagai jenjang sekolah mulai dari Taman Kanak-Kanak (Bustanul Athfal) hingga Kulliyatul Mubalighin (SPG Islam) yang berperan besar dalam mencerdaskan umat.

3. R.A. Kartini

Lahir di Mayong, Jepara, pada 21 April 1879, Kartini dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan Indonesia. Ia menentang tradisi pingitan yang membatasi ruang gerak perempuan.
 
Kartini kemudian mendirikan Sekolah Gadis di Jepara (1903) dan di Rembang. Gagasannya tertuang dalam kumpulan surat Habis Gelap Terbitlah Terang yang menggambarkan keyakinannya bahwa perempuan Indonesia memiliki potensi besar untuk maju dan berpendidikan.
   

4. R.A. Lasminingrat

Lahir di Garut pada tahun 1843, Lasminingrat dikenal sebagai penulis dan penerjemah pertama yang menggunakan bahasa Sunda dalam buku anak-anak, seperti Carita Erman dan Warnasan. Setelah menikah dengan Bupati R.A.A. Wiratanudatar VIII, ia mendirikan Sekolah Kautamaan Istri yang mengajarkan keterampilan rumah tangga kepada perempuan. Sekolah ini kemudian memiliki beberapa cabang di Garut sekitarnya dan menjadi tonggak penting pendidikan perempuan di masa kolonial.

5. Rohana Kuddus

Lahir di Padang pada 20 Desember 1884, Rohana Kuddus adalah tokoh perempuan Minangkabau yang gigih memperjuangkan pendidikan dan kesetaraan bagi wanita. Pada 1905, ia mendirikan Sekolah Gadis atau Sekolah Kepandaian Putri yang berfokus pada pelatihan keterampilan perempuan. Enam tahun kemudian, ia memimpin organisasi wanita Kerajinan Amai Setia untuk mendorong kemajuan perempuan di Sumatera Barat.

6. Raden Dewi Sartika

Lahir di Bandung pada 4 Desember 1884, Dewi Sartika merupakan putri Raden Somanagara dan Nyi Raden Ayu Rajapermas. Sejak kecil, ia telah menunjukkan bakat sebagai pendidik. Pada 1904, ia mendirikan Sakola Istri (Sekolah Perempuan) di Bandung dengan 20 murid. Sekolah ini kemudian berkembang di berbagai daerah di Pasundan. Tahun 1929, sekolahnya berganti nama menjadi Sakola Raden Dewi. Atas jasanya, ia diakui sebagai Pahlawan Nasional karena dedikasinya di bidang pendidikan perempuan.

7. Mohammad Syafei

Lahir di Ketapang, Kalimantan Barat, pada 1893, Mohammad Syafei dibesarkan di Bukittinggi. Saat menempuh pendidikan di Belanda, ia aktif di Perhimpunan Indonesia sebagai Ketua Seksi Pendidikan. Sepulangnya ke Tanah Air, ia mendirikan Indonesische Nederlandsche School (INS) di Kayu Tanam pada 31 Oktober 1926. Sekolah ini mengusung konsep pendidikan berbasis aktivitas, keterampilan, dan kemandirian. Setelah kemerdekaan, dia menjabat sebagai Menteri Pengajaran (1946) dan mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari IKIP Padang atas jasa-jasanya.
 
Tujuh tokoh pendidikan tersebut menjadi bukti kemerdekaan sejati tidak hanya diperjuangkan di medan perang, tetapi juga melalui ilmu dan ketekunan membangun generasi berpengetahuan. Warisan mereka terus hidup dalam semangat belajar dan mengajar di seluruh penjuru negeri.
 
Kini, tugas generasi muda adalah meneruskan perjuangan itu dengan menjadikan pendidikan bukan sekadar hak, tetapi juga jalan menuju kemajuan bangsa. (Syifa Putri Aulia)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan