Ki Hadjar Dewantara. DOK: fahum.umsu.ac.id
Ki Hadjar Dewantara. DOK: fahum.umsu.ac.id

Sejarah Hari Pendidikan Nasional, Usaha Ki Hadjar Dewantara 'Mencerahkan' Kaum Pribumi di era Kolonialisme

Renatha Swasty • 28 April 2025 19:38
Jakarta: Indonesia merayakan Hari Pendidikan Nasional tiap 2 Mei. Peringatan ini tak lepas dari sosok dan perjuangan Ki Hadjar Dewantara, pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia di era kolonialisme. 
 
Hari Pendidikan Nasional atau disingkat Hardiknas diperingati bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara. Pahlawan nasional ini lahir dari keluarga kaya yang dikenal berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu. 
 
Saat itu, Hindia Belanda hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan. Kritik itu menyebabkan ia diasingkan ke Belanda dan kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia. 

Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dorongan), digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia wafat pada 26 April 1959.
 
Yuk kita kenali sejarah Hari Pendidikan Nasional dikutip dari laman Kemdikbud.go.id:
 
Ki Hadjar Dewantara yang memiliki nama asli R.M. Suwardi Suryaningrat lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Ia mengenyam pendidikan di STOVIA, namun tidak dapat menyelesaikannya karena sakit. 
 
Akhirnya, Ia bekerja menjadi seorang wartawan di beberapa media surat kabar, seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda. Selama era kolonialisme Belanda, ia berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu yang hanya mengizinkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya bersekolah. 
 
Kritik itu menyebabkan ia diasingkan ke Belanda bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Ketiga tokoh ini kemudian dikenal sebagai Tiga Serangkai.
 
Setelah kembali ke Indonesia, ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.

Semboyan di dunia pendidikan

Ki Hadjar Dewantara memiliki semboyan yang ia terapkan dalam sistem pendidikan. Semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
 
Arti dari semboyan tersebut adalah: Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan),
 
Hingga kini, semboyan pendidikan Ki Hadjar Dewantara tersebut sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia dan terus digunakan dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia.
 
Baca juga: Refleksi Hari Pendidikan Internasional, Peran Manusia di Tengah Dominasi AI 
 

Makna penting pendidikan

Dalam Peringatan Taman Siswa ke-30 Tahun, Ki Hadjar Dewantara mengatakan, “Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu ‘dipelopori’, atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri.”
 
Maksud dari pernyataan Ki Hadjar Dewantara tersebut dengan gamblang menunjukkan yang seharusnya lahir dari sebuah proses pendidikan, yaitu “agar anak-anak berpikir sendiri”. Sehingga mereka menjadi orisinal dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan dianggap berhasil ketika anak mampu mengenali tantangan di depan dan tahu seharusnya mereka mengatasinya.

Hari Pendidikan Nasional 2025

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menetapkan tema Hardiknas 2025 adalah Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua. Kementerian juga merilis Pedoman Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2025 yang tertuang dalam Surat Edaran nomor 7441/MDM.A/TU.02.03/2025 yang ditandatangani Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, pada 24 April 2025, 
 
Pedoman digunakan sebagai acuan utama bagi satuan pendidikan di seluruh Indonesia dan luar negeri untuk memeriahkan Hardiknas 2025. Melalui pedoman ini, memuat tiga poin utama, yaitu ketentuan kmum, pelaksanaan upacara bendera, dan ragam aktivitas Hardiknas 2025. 

Makna Logo Hardiknas 2025

Pada poin ketentuan umum, Mu’ti mengimbau kepada seluruh satuan pendidikan memuat media publikasi secara serentak dengan logo yang dapat diunduh pada laman resmi Kemendikdasmen. Logo Hardiknas 2025 menggambarkan tiga sosok manusia berwarna merah, biru, dan abu-abu yang menjulang ke atas dengan gerakan dinamis dan penuh semangat.
 
Logo ini melambangkan sebuah keberagaman, kolaborasi, dan semangat kebersamaan dalam dunia pendidikan Indonesia. Warna-warna pada logo juga menggambarkan rasa semangat, kreativitas, energi positif, serta inklusivitas dalam proses pemajuan pendidikan.
 
Terkait dengan pelaksanaan upacara bendera, Kemendikdasmen akan menggelar upacara Hardiknas pada Jumat, 2 Mei 2025. Kemendikdasmen mengajak seluruh satuan pendidikan menggelar upacara Hardiknas 2025 tatap muka di satuan pendidikan masing-masing dengan menggunakan pakaian adat.
 
Penggunaan pakaian adat daerah/tradisional menjadi bentuk menumbuhkan dan merawat nasionalisme, cinta Tanah Air, dan melestarikan warisan budaya Indonesia.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan