Ki Hadjar Dewantara. DOK: fahum.umsu.ac.id
Ki Hadjar Dewantara. DOK: fahum.umsu.ac.id

Ki Hadjar Dewantara, Tokoh Pendidikan Sekaligus Perintis Jurnalistik Indonesia

Medcom • 23 Agustus 2024 21:07
Jakarta: Siapa yang tak kenal dengan sosok Ki Hajar Dewantara? Tak hanya menjadi seorang penggerak dan pendidik, ia juga merupakan seorang perintis dunia Jurnalistik Indonesia lho!
 
Melansir Instagram @ditjen.gtk.kemdikbud, masa muda Ki Hajar Dewantara pernah menjadi aktivis organisasi Insulinde, Sjarekat Islam, Boedi Oetomo, Indische Partij, serta politisi dan pendiri Pergoeroean Nasional Taman Siswa.
 
Melihat sosok guru, ia mengisyaratkan posisinya melalui petuah-petuah dalam bahasa Sansekerta. Tak hanya sekadar mengajarkan keilmuan, tetapi guru juga harus mendapat instrumen perekat nilai-nilai, seperti kebangsaan, nasionalisme, cinta tanah air, nilai religiusitas, dan spiritualitas.

Selain peran guru harus menjadi teladan bagi siswa, peran orang tua juga selalu membimbing anaknya dan menjadi problem solver pada setiap sumbatan pengetahuan dan wacana bagi orang di sekitarnya.
 
Maka, nilai esensial yang harus tertanam dalam diri seorang guru sebagai sokoguru pendidikan di Indonesia adalah berpikir, berzikir, beramal saleh, dan mengabdi kepada masyarakat.

Semboyan terkenal

Pastinya kamu pernah mendengar semboyan “Tut wuri Handayani, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso”. Semboyan ini berasal dari sosok Ki Hajar Dewantara yang sangat terkenal dari dulu hingga saat ini.
 
Makna dari Ing Ngarso Sung Tulodho adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri teladan (pantas untuk ditiru). Sementara, Ing Madyo Mangun Karso artinya menjadi seseorang di tengah kesibukannya juga mampu membangkitkan semangatnya.
 
Tut Wuri Handayani memiliki makna seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja. Kini, semboyan ini menjadi slogan dari Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

Pendiri Taman Siswa yang diangkat jadi menteri

Ki Hajar Dewantara mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang didirikan pada 3 Juli 1992. Sekolah tersebut adalah Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Taman Siswa.
 
Saat genap berusia 40 tahun berdasarkan hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Ia juga tidak menggunakan gelar kebangsawaan di depan namanya.
 
Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia pertama pada kabinet pertama Republik Indonesia. Ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C) dari Universitas Gadjah Mada pada 1957.
 
Berkat jasa merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959 tanggal 28 November 1959, hari kelahirannya dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
 
Ki Hajar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta pada 26 April 1959 dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata. (Theresia Vania Somawidjaja)
 
Baca juga: Maudy Ayunda Produseri Film 'Ki Hadjar Dewantara', Ditarget Tayang saat Hardiknas 2026

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan