Rasuna Said. DOK Perpusnas
Rasuna Said. DOK Perpusnas

10 Pahlawan Indonesia Perempuan, Intip Profilnya

Renatha Swasty • 10 November 2025 12:06
Jakarta: Setiap 10 November, negeri ini kembali menunduk hormat pada para pejuang yang pernah berdiri di garis depan sejarah. Namun, bukan hanya kaum lelaki bersenjata yang menulis bab kemerdekaan, banyak pula perempuan yang mengubah arah bangsa dengan nyali, otak, dan keyakinan mereka sendiri.
 
Dilansir dari Ensiklopedi Pahlawan Nasional (1995) terbitan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, berikut deretan perempuan yang membuktikan bahwa keberanian tak pandang bulu.

10 Pahlawan Perempuan Indonesia

1. Nyi Ageng Serang (1752–1838)

Lahir sebagai Raden Ajeng Kustiah, ia tak tinggal diam saat tanahnya dijajah. Meski sudah tua dan harus ditandu, ia tetap memimpin pasukan bersama Pangeran Diponegoro. Strateginya legendaris: pasukannya berkerudung daun keladi hijau, dikenal sebagai taktik “daun lumbu” untuk menyamar sebelum menyerang.

2. Martha Christina Tiahahu (1800–1818)

Gadis Maluku ini baru 17 tahun saat ikut ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu, melawan Belanda. Setelah sang ayah dieksekusi, Christina menolak menyerah. Ia ditangkap dan diangkut ke Jawa untuk dijadikan pekerja paksa, tapi memilih diam, tak makan, dan wafat di laut. Ia pergi muda, tapi namanya abadi di ombak yang tak kenal surut.

3. Cut Nyak Dien (1848–1908)

Dari Aceh, kisahnya sudah seperti legenda perang. Setelah suaminya, Teuku Ibrahim Lamnga, gugur, ia berikrar takkan berhenti berjuang. Menikah dengan Teuku Umar, lalu kembali berperang bahkan setelah sang suami gugur. Bertahun-tahun ia memimpin gerilya sampai akhirnya ditangkap dan dibuang ke Sumedang. Meski begitu, semangatnya tak pernah usang.

4. Cut Meutia (1870–1910)

Panglima perempuan dari Aceh Utara. Setelah suaminya, Teuku Cik Tunong, ditembak mati, ia memimpin sendiri sisa pasukan kecil bersenjata seadanya. Ia tewas dalam kepungan, sampai akhir hidupnya tak pernah menyerah pada penindasan.
   

5. Raden Ajeng Kartini (1879–1904)

Di Jepara, Kartini kecil tumbuh di tengah tradisi yang mengekang. Tapi pikirannya sudah menembus dinding pingitan. Surat-suratnya tentang pendidikan dan kesetaraan perempuan mengguncang zaman kolonial. Ia mendirikan sekolah perempuan di Rembang, dan setelah wafat muda, kumpulan suratnya diterbitkan sebagai Door Duisternis tot Licht atau yang kita kenal "Habis Gelap Terbitlah Terang". 

6. H. Rasuna Said (1910–1965)

Lahir di Maninjau, Sumatera Barat, ia dikenal sebagai orator tajam dan politisi berani. Akibat aktivitasnya di PERMI, ia dijebloskan ke penjara Semarang. Rasuna juga seorang jurnalis, memimpin majalah Menara Puteri. Setelah kemerdekaan, ia duduk di KNIP dan Dewan Pertimbangan Agung. Namanya kini melekat di salah satu jalan paling sibuk di Jakarta.

7. Nyi Ahmad Dahlan (Siti Walidah, 1872–1946)

Tanpa pendidikan formal, ia menjelma tokoh penting di Muhammadiyah. Lewat Aisyiyah, ia menggerakkan dakwah perempuan dan pendidikan Islam modern untuk kaum putri. Dari pengajian ke pengajian, ia menanamkan gagasan bahwa perempuan juga punya peran besar untuk umat dan bangsa.

8. Maria Walanda Maramis (1872–1924)

Dari Minahasa, ia menjadi yatim piatu di usia enam tahun, tapi semangat berhasil hiraukan nasib malangnya. Ia mendirikan PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya), sebuah organisasi perempuan pertama di Sulawesi Utara. Ia mendorong wanita agar bisa mendidik anak dan mengelola rumah tangga dengan ilmu pengetahuan.

9. Raden Dewi Sartika (1884–1947)

Putri seorang patih Bandung yang diasingkan karena melawan Belanda. Ia mendirikan “Sekolah Istri” tahun 1904, tempat perempuan belajar membaca, berhitung, menjahit, dan mengenal dunia. Sekolah itu tumbuh jadi “Sekolah Keutamaan Istri”, cikal bakal pendidikan perempuan di Jawa Barat.

10. Opu Daeng Risaju (1880–1964)

Perempuan bangsawan dari Luwu, Sulawesi Selatan, yang menanggalkan statusnya demi rakyat. Ia bergabung dengan Partai Sarekat Islam Indonesia dan berkeliling berkampanye melawan penjajahan. Berkali-kali ditangkap dan disiksa, tapi tak pernah mundur. Tahun 2006, pemerintah menetapkan namanya sebagai Pahlawan Nasional.
 
Meski lahir di masa yang berbeda dan tanah yang berjauhan, tetapi mereka mempunyai keberanian untuk melawan, berpikir, dan bertindak di luar batas yang ditetapkan zamannya. (Sultan Rafly Dharmawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan