Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran S. Kunto Adi Wibowo menyatakan, berdasarkan analisis mahadata (big data) di media sosial, marak terjadi percakapan warganet terkait langkah pemerintah untuk menangani sektor pariwisata di tengah pandemi. Ada yang merespons positif juga negatif.
"Sejak Agustus hingga September ada banyak percakapan negatif di media sosial di mana masyarakat bingung, hal apa yang sebenarnya harus dilakukan. Apakah pergi travelling atau tetap diam di rumah,” ungkap Kunto melalui siaran pers Unpad, Senin, 5 Oktober 2020.
Peneliti komunikasi dan media ini memaparkan, maraknya diskusi ini terungkap menyusul pemberitaan yang menyatakan adanya lonjakan kasus positif covid-19 di Bali pada September 2020. Ini akibat pembukaan kembali Bali sebagai destinasi wisata domestik oleh pemerintah setempat.
Sontak, kebijakan promosi pariwisata dengan memanfaatkan pemengaruh akhirnya menuai sentimen negatif di media sosial. Kunto menilai, program promosi wisata oleh pemengaruh untuk mengajak masyarakat berwisata di tengah pandemi merupakan kebijakan yang tidak tepat.
Ia juga meneliti adanya kecenderungan peningkatan jumlah siaran pers yang diterbitkan Kementerian Pariwisata untuk media massa dan masyarakat. Jumlah siaran pers yang meningkat secara eksponensial dari Februari ke Maret dan Maret ke April tersebut menunjukan adanya urgensi pemerintah untuk melakukan komunikasi publik terkait situasi terkini sektor pariwisata.
Baca: Pemkab Tulangbawang Galakkan 3M Cegah Covid-19
Sayangnya, komunikasi yang dilakukan dinilai belum mampu membawa titik terang bagi masyarakat sesuai harapan yang diinginkan. Kunto mengungkapkan, hal ini terjadi karena pemerintah saat itu tidak dapat memprediksi kemunculan pandemi sebagai suatu krisis yang harus dihadapi.
"Kita tidak siap untuk krisis. Hal yang sudah kita persiapkan adalah bencana-bencana alam seperti gempa atau tsunami. Tapi tidak dengan pandemi, sehingga ujung-ujungnya yang dilakukan pemerintah adalah melakukan bisnis seperti biasa, mempertahankan ekonomi dengan promosi (hard selling)," ungkapnya.
Kunto menjelaskan, upaya terbaik yang dapat dilakukan pemerintah terkait komunikasi publik di sektor pariwisata selama pandemi adalah dengan menyentuh aspek kemanusiaan. Pemerintah, menurutnya, dapat membeberkan cerita para pelaku usaha pariwisata yang berusaha bertahan di tengah pandemi.
"Kita harus dapat membuat orang sadar bahwa kita memiliki resilience, memiliki kemampuan untuk bertahan. Hal yang paling penting adalah terus menginformasikan langkah konkret yang harus dilakukan di tengah pandemi, dan secara kontinu menyatakan bahwa kita berada dalam situasi ini bersama-sama," ungkapnya.
Selain itu, ia juga mendorong pentingnya komunikasi publik yang mengarah pada aksi (Call to Action) terkait hal yang harus dilakukan di bidang pariwisata selama pandemi. Misalnya, dengan aktif mengkampanyekan penggunaan masker, physical distancing dan protokol kesehatan lainnya.
Dalam upaya memerangi covid-19, pemerintah Indonesia mengangkat sosok ibu dalam mengampanyekan bahaya penyebaran viru korona. Pemerintah mengusung tagline Ingat Pesan Ibu untuk mengampanyekan protokol kesehatan. Kampanye #ingatpesanibu diharap efektif mengajak masyarakat mematuhi protokol kesehatan, yakni menerapkan disiplin 3M.
Disiplin 3M meliputi memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Pemerintah melalui #satgascovid19 tak bosan-bosannya mengampanyekan #ingatpesanibu. Jangan lupa selalu menerapkan 3M, yakni #pakaimasker, #jagajarak dan #jagajarakhindarikerumunan, serta #cucitangan dan #cucitanganpakaisabun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News