Mendikdasmen Abdul Muti saat membuka Bimtek Guru Bimbingan Konseling. Foto: Medcom/Citra Larasati
Mendikdasmen Abdul Muti saat membuka Bimtek Guru Bimbingan Konseling. Foto: Medcom/Citra Larasati

Paradigma dan 'Wajah' Guru BK Harus Diubah, Dari Galak Jadi Favorit

Citra Larasati • 20 November 2024 12:54
Jakarta:  Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti ingin mengubah paradigma guru BK di sekolah. Jika selama ini guru BK menjadi momok karena identik dengan siswa-siswa bermasalah, maka citra tersebut harus diubah sehingga guru tersebut justru menjadi favorit murid.
 
Sejumlah penelitian menunjukkan, sekolah di Tanah Air belum menjadi tempat yang ramah dan menyenangkan bagi murid.  Ini ditunjukkan dengan angka-angka perundungan dan kekerasan serta berbagai hal yang kontraproduktif dengan cita-cita pendidikan masih terus saja terjadi.
 
Tentu masalahnya sangat kompleks, tidak selalu kasusnya sama dan bisa direplikasi dengan sangat mudah.  "Saya katakan harus ada peningkatan kapasitas guru BK (bimbingan konseling) dan semua guru harus memiliki tanggung jawab sebagai konselor dan pembimbing," kata Abdul Mu'ti, saat membuka Bimtek Guru Bimbingan Konseling di Jakarta.

Untuk itu, kata Mu'ti, dalam pelatihan Pendidikan Profesi Guru (PPG), Kemendikdasmen menambahkan dua materi baru. Yakni Pendidikan Nilai dan Bimbingan Konseling bagi seluruh guru peserta PPG.
 
"Karena sebelumnya materi pelatihan isinya peraturan semua, kalau diuji saya yakin banyak yang tidak lulus, termasuk mungkin yang buat soal. Tentu kita harus memahami aturan-aturan dasar bagaimana menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan ruang gembira," kata Mu'ti.
 
Menurut Mu'ti, seluruh pihak memiliki komitmen komitmen yang sama uintuk menjadikan sekolah sebagai rumah bersama.  "Ini mudah dikatakan tapi tidak mudah dilakukan, karena berbagai macam perubahan sosial di masyarakat kita dan interaksi di dunia maya yang tanpa kita kontrol dilakukan oleh anak-anak kita, berdampak pada perubahan perilaku, sikap pandangan, dan kecenderungan sosial lainnya," terang Mu'ti.
 
Untuk itu, pemahaman guru tentang murid menjadi faktor penting yang menjadi kunci bagaimana murid dapat belajar dengan riang gembira, belajar tanpa tekanan, dan bagaimana belajar seperti di rumah, bukan sekolah.
 
Kondisi inilah, kata Mu'ti yang membuat Kemendikdasmen  ingin mengubah paradigma guru BK. Sebab selama ini ada anggapan, siswa yang dipanggil guru BK adalah siswa bermasalah.  "Terkesan guru BK itu tukang interogasi, guru BK mengambil sebagian peran polisi. Guru BK kesannya galak dan sering cemberut. Komplit lah kesan guru BK jauh dari menggembirakan, yang alih-alih menjadi pendamping bagi murid, guru BK malah jadi momok bagi murid," tegas Mu'ti.
 
Ia menekankan, di eranya, Mu'ti ingin persepsi tersebut berubah.  "Persepsi guru BK harus kita bangun dalam transformasi pelatihan di mana mereka bisa menjadi mentor, sahabat, orang tua, dan problem solver bagi para murid. Sehingga guru BK bisa menjadi guru favorit dan paling disukai di antara guru-guru lain di sekolah," tandasnya.
 
Baca juga:  Tak Hanya Mengajar, Mendikdasmen Bakal Persiapkan Guru Jadi Konselor Siswa
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan