Misal, saat dia menekan aplikasi WhatsApp, maka akan keluar suara dari gawai dengan tempo cepat mengatakan, 'Membuka WhatsApp'. Begitu pula saat Zulam memilih daftar kontak yang ingin dihubunginya.
Zulam tampak sudah hafal letak navigasi telepon, panggilan video, hingga abjad keyboard handphone dalam genggamannya. Dia hanya tinggal memanfaatkan suara yang keluar dari gawai untuk melanjutkan apa yang dibutuhkannya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Hal ini dipelajari Zulam selama tiga bulan akhir, setelah pengangkatan tumor di otaknya yang sudah dideritanya selama tiga tahun terakhir. Penyakit itu menyisakan gangguan penglihatan bagi Zulam.
“Jadi tiga tahun yang lalu abang (Zulam) ternyata ada tumor otak. Dia jatuh pas olahraga dan tiba-tiba enggak bisa melihat," terang ibu Zulam, Fadwah Maghfurah, kepada Medcom.id saat ditemui di rumahnya kawasan Jakarta Pusat.
Baca: AyoKursus Kemendikbudristek, Bekal dan Asa Bagi Siswa Putus Sekolah
Sejak tak bisa melihat, Zulam sangat mengandalkan indera pendengarannya. Begitu pula untuk kegiatan pembelajaran.
Selain berdaptasi dengan gawai yang telah diatur untuk gangguan penglihatan, Zulam juga mulai belajar huruf braille untuk membaca sekaligus menulis. Fadwah mulai mengupayakan kebutuhan anaknya.
Beruntung, gawai yang dimiliki Zulam telah memiliki fasilitas yang dibutuhkan. Selanjutya, Fadwah mulai bergerilya mencari kebutuhan lainnya. Mulai dari alat braille, jam tangan, jam meja yang bisa mengeluarkan suara, hingga modul-modul pembelajaran yang dibuat khusus untuk penyandang tunanetra. Perlahan, Zulam mulai terbiasa dan mampu mengikuti pembelajaran.
“Dan beruntung di sekolahnya, di SMA 77 para guru dan teman-temannya sangat support Zulam, semua membantu dan kalau ada apa-apa komunikasi lancar dengan saya," lanjut Fadwah.