Pandemi covid-19 berkepanjangan disebut-sebut sebagai kiamat bagi jutaan pelajar tersebut. Pagebluk tak cuma menjadi hantu bagi dunia kesehatan. Lebih-lebih telah menumbangkan kemampuan orang tua dalam membayar ongkos pendidikan.
Jadilah kini, 2.790 pelajar SD, 976 pelajar SMP, 541 pelajar SMA dan 609 pelajar SMK mesti mendekam di rumah mengubur cita-cita. Ataupun memaksa diri, turut bekerja tanpa keahlian demi menopang ekonomi keluarga.
Menilik lebih lanjut, jika mereka tak lagi bisa melanjutkan studi, maka di masa yang akan datang, mereka berpotensi menjadi pengangguran. Tentu saja, angka pengangguran di Indonesia berpotensi bakal meroket.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2021, ada 5.399.543 pengangguran yang berasal dari lulusan SMA, SMK dan perguruan tinggi. Mereka sebenarnya merupakan angkatan kerja produktif karena berada pada rentang usia 17 hingga 25 tahun.
Melihat fakta ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tak tinggal diam. Melalui Direktorat Kursus dan Pelatihan (Ditsuslat) dan Direktorat Jendral Vokasi, pemerintah memberi harapan kepada mereka yang putus sekolah, maupun tidak melanjutkan ke jenjang yanglebih tinggi, khususnya anak usia sekolah tidak sekolah (ATS) yang ada di usia 17 sampai 25 tahun.
Baca: Nadiem: Edukasi Soal Lingkungan dan Perubahan Iklim Masih Minim
Platform AyoKursus diluncurkan oleh Kemendikbudristek. Platform itu disebut bakal menajamkan kemampuan mereka agar memiliki kompetensi sesuai kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
"Sasaran kita anak usia sekolah, yang tidak sekolah atau putus sekolah usia 17 sampai 25 tahun diberi pendidikan keterampilan untuk bekerja atau berusaha mandiri lewat AyoKursus," kata Direktur Kursus dan Pelatihan Kemendikbudristek, Wartanto kepada Medcom.id, Rabu, 17 November 2021.

Direktur Kursus dan Pelatihan Kemendikbudristek, Wartanto
Kesempatan mendapat pelatihan di AyoKursus diyakini akan mengangkat kualitas dari angkatan kerja tersebut. Meski tak menuntaskan pendidikan formal, setidaknya mereka memiliki kompetensi yang dipercaya oleh DUDI.
"Semoga yang gagal di pendidikan formal masih ada harapan hidup lebih baik dengan AyoKursus," tambah Wartanto.