Selanjutnya, Tjutju melakukan evaluasi pada karya seni periode kesatu nya untuk menghasilkan karya seni yang lain. "Di Tiongkok, seni kaligrafi merupakan domain laki-laki. Maka dari itu saya menciptakan beberapa kaligrafi sebagai metafora untuk kesetaraan gender di bidang pendidikan, sosial masyarakat, maupun aspek lainnya," ungkapnya.
Penggunaan Patung Guan Yin sebagai media kaligrafi adalah salah satu representasi Zhai Ji. Guan Yin sendiri merupakan salah satu dewi yang sangat dihormati oleh Zhai Ji dan masyarakat Tionghoa. Selain itu, Tjutju terinspirasi bahwa pada zaman dahulu, ilmu kaligrafi hanya bisa dinikmati oleh kaum pria.
Ia mengatakan, budaya patriarki tidak menghendaki perempuan untuk belajar membaca maupun menulis. "Sebagai praktisi kaligrafi, saya ingin mengkritik sistem kaligrafi dan budaya patriarki masyarakat Tionghoa," tuturnya.
Baca: Cerita Penerima Beasiswa Erasmus, Pernah Gagal Berkali-kali
Proses berkarya Tjutju berlanjut pada periode ketiga, yaitu menggambarkan kaligrafi pada bidang dua dimensi. Sebagai salah satu pelukis yang berprestasi, cucu berhasil menjuarai beberapa lomba. Salah satunya ialah juara dua Internasional Kaligrafi Tiongkok pada 2010 di Shanghai.
Tak hanya itu, ia telah mengadakan beberapa pameran lukisan tunggal dan bersama di Pullman Hotel tahun 2017 di Jakarta, Cemara Hotel 2016 di Jakarta, 2014 Asia Invitation Art Exhibition Seoul, Korea Selatan, dan Anggrek Hotel pada 2010 di Bandung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id