Dia tidak ingin ada hak anak muridnya yang terkikis akibat pandemi. Ia pun memutar otak, proses belajar mengajar tetap berlanjut dengan berbagai cara agar dapat #BangkitDari kondisi pandemi ini. Salah satunya mencoba memberi pelajaran dengat metode dalam jaringan (daring).
Mulanya, Kiswanto membedah internet, mencari tahu sekiranya dengan aplikasi apa dia bisa menyampaikan materi pelajaran dengan efektif dan efisien. Berbagai aplikasi dia coba dan pelajari secara otodidak.
"Saya googling aplikasi yang mendukung supaya anak bisa berinteraksi seperti di kelas, supaya mereka tidak jenuh di rumah," kata Kiswanto kepada Medcom.id, Senin, 17 Agustus 2020.
Kiswanto memilih menggunakan Google Classroom, Google Form, Zoom, hingga aplikasi Quiziz. Setelah paham cara mengoperasikan aplikasi tersebut, dia pun membentuk grup Whatsapp kelas beserta para wali kelas dan orang tua murid.
Baca juga: Guru di Sumenep Sulap Gudang Tembakau Jadi 'Ruang Kelas'
Grup Whatsapp yang diberinya nama "Paguyuban Kelas" itupun tercipta. Alasan menyertakan orang tua di dalamnya, agar orang tua bisa memberikan arahan kepada anak untuk melakukan pembelajaran daring.
Dia berharap orang tua bisa mengawasi anak mereka meski dalam kondisi Pembelajaran Jarak Jauh oleh sekolah. Beruntung para orang tua sudah bisa memanfaatkan telepon pintar dan mau mendukung anaknya untuk belajar daring.
"Pertama yang Saya prioritaskan itu meyakinkan orang tua siswa untuk mendukung kebutuhan belajar dari rumah bagi anak-anaknya. Sudah 90 persen mendukung anaknya untuk belajar, orang tuanya beliin HP (telepon seluler)," ujar Kiswanto.
Meski begitu, masih ada orang tua yang menelpon Kiswanto untuk meminta pendampingan khusus tentang bagaimana cara menggunakan aplikasi yang dia gunakan dalam PJJ daring. Untuk orang tua, Kiswanto juga menyempatkan melakukan evaluasi penggunaan aplikasi, satu bulan sekali.
Masalah tak tuntas begitu saja. Sebab masih ada orang tua dan siswa yang akses internet dan gawainya terbatas.
"Iya sisanya masih belum bisa. Karena mereka ada juga yang terkendala ekonomi," ujar guru kelas lima itu.
Baca juga: Kisah Yan, Guru Honorer yang Pernah Digaji Rp200 Ribu
Solusinya, Kiswanto tetap sesekali harus melaksanakan pembelajaran luar jaringan (luring). Dia menyiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang memiliki tujuan pembelajaran sama dengan pembelajaran daring.
"Bagaimana anak bisa belajar aktif. Saya tidak memberikan tugas dari halaman sekian ke sekian, dan tugas tidak teralu banyak, supaya anak tidak menumpuk kegiatan belajarnya juga. Kan bisa kasih rekaman suara juga video," sambungnya.
Intinya, segala penugasan itu bukan hanya mencatat ulang buku paket atau mengerjakan soal di buku paket. Namun Kiswanto mengembangkan LKPD agar siswa dapat mengikuti pembelajaran yang kreatif dan tidak membosankan.
Cara memberikan LKPD kepada siswa ditempuhnya dengan menjemput langsung LKPD. Baik ke rumah kepala sekolah maupun siswa yang tidak memiliki gawai untuk datang ke rumah terdekat.
"Saya titipkan ke rumah kepala sekolah karena rumah-rumah siswa kebetulan dekat ke rumah kepala sekolah. Atau siswa bisa mengunjungi rumah temannya yang punya HP," terangnya.
Setelah selesai, tugas tersebut dikumpulkan kembali ke rumah kepala sekolah. Untuk selanjutnya Kiswanto memeriksa tugas tersebut.
"Tugas juga kita kasih waktu sampai satu minggu untuk mengerjakan. Jadi tidak buru-buru untuk mengumpulkan, yang penting pembelajaran kita tercapai," imbuh Kiswanto.
Kiswanto mulai mengajar di SDN 169 sejak 2011. Dia diminta mengajar di desa Cinta Damai itu karena ingin membangun daerah terpencil tersebut.
Bahkan Kiswanto menggambarkan, sekolahnya sangat sulit dijangkau dari tempat tinggalnya. Jika hujan, jalanan empat kilometer menuju sekolah pun berubah menjadi lumpur yang sulit dilewati.
"Guru juga di sini masih sulit. Sampai sekarang pun baru ada enam guru, dan satu kepala sekolah. Ini jadi tantangan tersendiri. Jadi memang saya yang minta untuk dipindahkan ke daerah transmigrasi ini," sambungnya.
Dia berharap, pandemi covid-19 ini segera berakhir. Dia ingin kembali mengajar secara tatap muka seperti sebelum masa covid-19.
"Kalau kondisi tetap seperti ini saya sendiri tidak mau anak-anak jadi ajang coba-coba. ingignnya tetap kembali ke tatap muka. Karena tatap muka tidak ada yang bisa menggantikan, Saya harap kita bisa kembali pulih," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News